"Apakah perasaan Kaka sekarang, masih seperti dulu," katamu di malam yang entah itu.
Aku bingung, antara harus jujur dan ingin. Kamu tahu aku menginginkamu pun kamu, tapi kita punya jarak yang harus kita sadar. Tapi aku harus jujur agar tidak ada yang selamanya sakit. Untuk itu. Aku jawab.
"Untuk saat ini, akan hanya menganggap sahabat saja. Tidak lebih. Karena Kaka sadar, menunggu adalah hal tersulit bagi wanita."
Setelah itu, tak ada kabar darimu. Tahu-tahu ada undangan datang. Aku antara bahagia dan bersyukur, karena kamu begitu memahami. Aku tak marah saat kamu pergi tanpa izin, karena, bukan salahmu untuk menikah dengan dia. Aku saja yang tidak mampu. Sesederhana itu.
Begitulah, saat kamu pergi aku berusaha terjaga. Melupakan tidak semudah mencintai. Dua tahun bersabar dan terus membangun, tapi tak ada dendam.
"Sekarang kamu di mana? Di hati siapa?"
Aku masih di sini, melihat masa lalu dan mengintip masa depan. Entahlah, capek sekali ya berjuang. Kita belum tahu seperti apa hasilnya. (**)
0 Komentar
Menyapa Penulis