JUM'AT PAGI

Setelah subuh berjamaah dan membaca aurad aku langsung tancap gas untuk jalan santai. Ada aroma pedesaan tercium, angin pagi berhembus lembut, angkot mulai narik, kehidupan aktivitas mulai beranjak.

Pagi-pagi aku berangkat ke pasar. Tidak biasanya memang, tapi hari ini ingin sekali memulai. Memulai langkah untuk perubahan nasib dan kebisaan. Menyaksikan beban emak dan lain hal aku tak boleh menutup mata. Itu sebuah kenyataan yang harus disikapi.

Mengendarai Si soul, aku gernyangi tubuh pandeglang. Jalanan aku cium wanginya. Aktivitas mulai hidup; Para penjual bubur sudah terjaga menanti para pembeli, tukang ojek ada juga yang setia menanti, mobil-motor hilir mudik, dan aku serasa dicubit: selama ini aku ke mana saja?

Pagi ini, sungguh tersimpan hikmah dan barokah. Tapi kenapa aku ingat kamu Nuys? Aku ingin menyapa, tapi malu. Aku diam, kamu kok diam. Aku bingung harus memulai dari mana, hatiku tengah meradang memendam rindu yang terus bergejolak?

"Duh Allah, bila dia baik untuk hamba dan iman hamba, maka mudahkan jalan untuk bisa meminangnya." Begitu pintaku Nuys.

Perubahan itu butuh proses. Tak sekedar teori. Ada accuse dan acction di sana. Nah, kalau sekedar berkicau, apa bedanya kamu dengan burung? Wallahu 'alam. (*)

Pandeglang     3 Agustus 2021

Posting Komentar

0 Komentar