Sekiranya Satu Detik Lagi Mati, Siapkah Kamu?

Mati itu pasti. Pasti itu tak kenal usia. Tak harus menunggu dan datang tiba-tiba. Mati itu akan di alami oleh semua. Tak terkecuali kita: saya dan kamu.

Nah, kalau sekiranya kita punya waktu satu detik lagi untuk hidup, siap gak? Kira-kira amal apa yang akan disiapkan? Tapi, serius, sudah siap, kan?
Kok pucat dan mesem gitu mukanya?! 

Lupakan sejenak beban hidup. Lupakan hiruk-pikuk aktivitas duniawi. Lupakan apa yang membebani hal yang urgen. Yang harus fokus tuh beban besar di hadapan kita: mati! Amal mana yang pasti terbawa untuk kita di sana.

Yakin, sementara orang malas membahas perihal mati. Karena di matanya mati itu tak nikmat dan berisi rasa sakit mulu. Paling menakutkan menutup hidup dengan memberhentikan detak jantung. Sedang dunia ada keindahan di dalamnya. Nyata terlihat dan ada terasa.

Kalau kamu di antara orang yang berpikir begini, cepat-cepatlah istigfar. Tanpa kamu sadari apa yang kamu tekadkan itu masuk pendustaaan pada ayat juga hadits akhwal kematian.

Cara berpikirmu masuk kategori filsafat matrealisme. Itu sungguh menyesatkan. Kita takut mati dan ingin jauh dari kematian, padahal mati semakin mendekat. Sejatinya usia kita mengantarkan pada malaikat Izrail a.s. semakin hari semakin berkurang bukan sebaliknya.

Kamu yang kini jarang salat atau bahkan sengaja tidak salat, apa yang kamu banggakan di depan Nabi sedangkan usiamu sudah mentok satu detik lagi. Bisakah taubat? Bisakah memperbaiki apa yang lalai? 

Satu detik di titik kematian berharap panjang, apalah artinya jutaan detik kehidupan tak kamu gunakan untuk ketaatan? 
Takut tak ada guna tanpa refleksi implementasi tiap harian. 

Betapa ingin kita tidak dulu mati duluan untuk memenuhi bekal amal kebaikan. Pada kenyataanya banyak yang klise. Sekadar lips service belaka. Harian tetap lalai, suka hura-hura, kufur akan nikmat iman, sehat, Islam, dan amanah apa yang Allah beri. 

Maka, bayangkanlah satu detik lagi ajalmu di dunia, masihkah belum mau mendekat dan mencintai aturan-Nya?

Yang kemarin meninggal telah jadi cerita. Padahal mereka kita kenal, tahu, dan hafal tentangnya. Tetapi maut memisahkan kita. Entah lagi apa mereka di sana. Esok pun bisa saja kita akan macam mereka. Hanya nama dikenal dan jasadnya sudah mati. Rugi yang tidak mampu mengumpulkan amal baik sebanyaknya. 

Mumpung masih diberi masa dan kesempatan untuk memperbaiki, yuk benahi apa yang belum baik.[]

Posting Komentar

0 Komentar