Di Pusaran Wanita

Satu per satu wanita menyapa. Dengan cerita dan gayanya. Ada yang humoris, idealis, kaku, dan malu-malu. Semua tercatat di cerita harian. Aku tidak tahu apa motifnya dan tidak ingin mencarinya.

Mereka menyapa saja sebuah keistimewaan. Meski hati kadang dibuat bingung lagi cemas, sebab hati tak bisa mereda rindu yang menggedor. Sebanyak itu mereka menyapa di waktu bersamaan, timbul suara di dasar jiwa: apa harus semua kugenggam?

Cepat-cepat aku cegah. Tidak, tidak. Wanita bukan untuk dilukai. Jawaban itu memberi keberanian sekaligus juga renungan pada diri. Apa yang sesungguhnya mereka cari dan apa yang aku inginkan dari wanita itu sejatinya. Rentetan kata itu menambah pening kepala. 

Terlalu banyak diharap ternyata tak semanis kenyataan yang alami. Gambarannya sih enak, pas situ ada diposisi tersebut maka macam membawa bara api di tangan. Dilepas membakar, dipegang terbakar.

Semua terjadi begitu saja. Aku selalu ingat nasihat orangtua agar jangan menyakiti hati wanita, siapapun orangnya. Tak cinta dan suka bukan jadi alasan melakukan penghinaan. Lebih baik jujur secara santun daripada menjauh tanpa kata-kata. Sekalinya bicara dengan kosakata yang memekakkan telinga, menusuk jiwa. Betapa teganya.

Memanusiakan manusia itu tidak mudah. Apalagi dasar sikapnya ialah perasaan. Perlu kita ketahu bahwa perasaan itu kepingan sub kehidupan. Di sana tersimpan memori. Ada cerita dari catatan harian.

Mungkin amannya ya jalani dengan sikap pragmatis. Tetap terjaga sambil tersenyum. []

Pandeglang | 26/09/21

Posting Komentar

0 Komentar