Hanya Kangen


Tak pernah berhenti. Terus saja berkecamuk. Meski jiwa menjerit. Coba untuk berlari dari rasa yang tetap ingin muncul. Menumpuk dalam rasa, demikian orang menyebutnya: kangen.

Aku merasa bodoh dengan getaran ini. Mempertahankan dan belum bisa mengentikan.

"Halakan aku, maka yakin semua akan terhenti," katamu dengan amat yakin.

"Ya gitu. Bukanya dengan dihalalkan akan semakin bertambah rasa itu?" tanyaku balik.

"Hmp.. gak tau juga sih." Kamu nampak bingung dan kemudian tersenyum dengan pernyataan kamu sendiri.

Aku masih ingat sekali. Dan memahami kemana harapmu. Rasa kangen ini telah mengular begitu kuat, tak ada cara dan solusi baiknya diikat dengan tali yang lebih kuat. Sayangnya, aku belum bisa turutkan asa itu. Setidaknya untuk waktu dekat ini.

Aku malu, sungguh malu dengan kata yang aku torehkan. Kalau cinta butuh bukti, kenapa tidak dibuktikan dipelaminan. 

Aku pun tersadar, aku terlalu kaya dengan kata-kata dan miskin dengan harta. Sedangkan memilikimu seutuhnya tak cukup modal kata. Ada harus modal yang terlihat di mata. Semua tak cukup modal kata-kata saja.

**

Kangen

Rindu itu kamu
rasa yang terus kabarkan apa
akan hal tak dipahami logika

Di sana mungkin kamu selalu terjaga
sama mencari makna akan setiap getaran
tak jua memahami akan kemana semua bermuara

Kasih pun suntikan ragu dan gelisah
tak bisakah waktu pahami semua
sesekali mendamaikan gejolak yang ada
yang tengah berharap diberikan 'pasti' akan semuanya.

**

                  Mahyu An-Nafi | 9/4/21

Posting Komentar

0 Komentar