Jalan Rusak dan Jalan Cinta Kita


Foto diambil di jalan Karang Banter. Perbatasan desa Ciinjuk dan Setra Jaya
---

"Jalan yang rusak itu kan. Yang macam kolam dan banyak lubang. Hehe." 

"Emang pernah ke sini?"

"Sering malah apalagi pas sekolah. Ada kolamnya, ya?" Katamu tetap tertawa. 

"Terus mau ke sini lagi?"

"Mau kalau kamu yang menemani."

"Ya sudah nanti dijemput. Siap-siap ya?"

"Eih, apaan. Jangan ihh! Nanti aja maksudnya kalau udah ada kata Pasti. Kalau sekarang mah, dosa! 😁😂."

Kamu masih ingat hey kalimat itu?

Ya, itu kalimat kita obrolkan lantas aku hiasi agar lebih indah. Karena dari sana aku menemukan rasa puas. Rasa dahaga yang berkecamuk di sanubari. Dan itu.. karenamu!

Kamu tahu filosofi jalan rusak?

"Enggak. Apaan mang a?"

Itu tuh cerita akan nasib. Pemaparannya begini...
Banyak orang mengeluh akan jalan rusak. Karena tak nyaman. Karena tak ada nikmat. Aktivitas terganggu. Berat pokoknya. 

Tapi percayalah kamu, bisa jadi ada orang yang menikmati momen itu. Momen menanti perbaikan. Dengan tidak mencaci. Tidak pula merasa tebebani. Esok saat jalan kembali baik, dialah orang yang mendapat nilai terbaik. Dibalik rasa jengkel, tanpa kepastian. Dia memilih bertahan

Begitupula siapa yang mau.. tetap memegang komitmen, maka ia menemukan isi yang tak orang lain pahami. Jalan rusak sejatinya renungan pada kita: akankah kita sabar dan mau memperjuangkan atau memilih diam lagi pergi dari kenyataan?

Mungkin, bisa jadi inilah gambaran jalan cinta kita yang belum menenukan hal yang jelas. Kita tak perlu cemas, karena pergi tak akan merubah. Yang ada luka. Luka yang terus menganga. Ada baiknya kita peluk harapan. Kita pegang janji. Kita rawat dan siram rasa ini agar tetap hidup. Saat matang baru kita panen bersama. 

Kira-kira menurutmu, bagaimana hey? Ditunggu komenannya. Gak paksa, semoga peka. (*)

                       Mahyu An-Nafi | 7/4/21

Posting Komentar

0 Komentar