Merasa Jadi Burung

Entah ini lagi galau apa memang jiwaku lagi labil, kok punya pikiran absurd gini. 

Kadang aku merasa seperti burung di dalam sangkar yang indah berkicau. Menari dalam kesenderian. Dia tertawa tapi tak ada yang tahu isi hatinya. Senyaman apapun sangkar tetap dia ingin mengepakkan sayap untuk mengelilingi mayapada. Mencari seluk-beluk makna hidup. Melihat apa yang tesirat di cakrawala dan daratan. Kepakkan sayap tanpa ada nafas kebebasan.

Aku tahu ini pikiran yang tak benar. Tengah berjuang berharap pada mimpi yang terus mengahantui, padahal tidak tahu : apakah itu asa benar atau pendobrak untuk menjerumuskan. Di belakang titah pengabdian masih membara, layakkah aku pergi meninggalkan kekecewaan demi ambisi pribadi?

Ini yang menjadi beban, ingin melangkah tapi pundak sudah terlanjur berat oleh beban. Ingin menyerah malu pada prinsip yang tertera. Simalakama. Sadangkan aku insan biasa yang sering merasa jenuh, lelah, dan sesekali menatap dunia dengan apa yang aku mau bukan apa yang dipaksa mau. 

Tapi aku menyadari, inilah jalan hidupku yang tak harus sama dengan yang lain. Apapun keadaan yang aku hadapi tetap harus dijalani. Tak boleh ditangisi. Terus dijalani dan nikmati, mungkin nanti ada berkah yang muncul. Ini cukup mengobati rasa yang bergejolak.

Kata Orang 

Orang bilang aku kuat, sederhana, dan bijak sehingga mudah saja survive dalam kehidupan. Terlihat ceria dan tak terlihat di wajah manisku. Aku sih hanya bisa tersenyum. Ini yang positif. Kalau yang negatif, ya gitu, kurang piknik dan kuper. Ada juga sindiran berbau cemooh yang sering terdengar. 

Secara pribadi aku terima. Toh aku bukan manusia yang hadir tanpa cacat. Kalau ada hal baik yang mereka lihat aku syukuri, kalaupun tidak, ya aku nikmati. Itu kenyataan yang ada. Aku berusaha untuk tidak marah apalagi emosi tak terkendali. 

Aslinya aku yang begini, ada saat kuat berjalan dan adapula down. Hidupku tak mau dibuat-buat biarlah mengalir apa adanya. Aku sering mengeluh tapi hanya lewat kata dan doa, karena aku tahu sampai kini belum ada yang mau mendengarkan keluhanku.... ya iyalah, mana mau, dia aja punya masalah lalu aku tambah lagi, berat Bro?!

***

Kembali pada burung lagi, mungkin ini namanya jalan takdir. Kita gak bisa memaksa untuk berubah tapi kita memilih untuk melangkah. Daripada hanyut di lembah sunyi apa tidak lebih baik menikmati dan syukuri takdir-Nya. Mungkin ada kejutan tak terkira. Hanya itu yang dilakukan. Tetap sabar dan husnu dzan. Selebihnya, wallahu 'alam. []

Pandeglang,    9/7/21

Posting Komentar

0 Komentar