KBM dan Kebijakan Sepihak Facebook

Lama sekali, rindu juga dengan grup kepenulisan terbesar di aplikasi facebook (fb) itu. Setelah tiga kali kena banned tim pengamanan fb, KBM (Komunitas Bisa Menulis) hilang dari peredaran, setelah itu saya malas sekali gabung lagi ke sana. Karena kebebasan untuk berpikir dan menulis serasa dibatasi. Tak ada lagi boleh berkomentar, padahal koridor diguanakan. 

Bahasa politik sering dibicarakan. Apalagi peristiwa politik terkini selalu menarik animo pembaca, dan tak jarang jadi arena perdebatan-- bisa disebut adu kenmarahan. Bagi saya itu biasa dan toh itu wujud demokrasi kan, saat rakyat diberi ruang untuk bersuara justeru letak di mana ada pergeseran aktif mengontrol negeri.

Tapi aneh juga miris, siapa yang aktif menulis perihal politik selalu dipandang antipati dan terkena ancaman teror banned permanen. Untuk kemudian mengarah pada grup itu langsung diancam atau diperingati. Fb tak main-main, langsung banned saja. Tak peduli sumbangisih atau kotribusi apa grup itu kepada Indonesia, tanpa babibu langsung tancap gas!

Sampai Pak Isa Alamsyah, suami dari penulis terkenal Bunda Asma Nadia, selaku founder dibuat greget dana kaget. Lalu mengoreksi dengan mengirim surat terbuka ke pihak fb. Tanggapannya? Tak ada. Tak diperhatikan dan didengarkan. Bayangkan, sekelas Pak Isya loh..

Yang ironi, kenapa sampai tiga kali terkena banned itu grup, di lain sisi grup-grup pornoaksi juga berbau perusak moral bangsa tak ditengok--- lambat untuk ditindak. Padahal fb seharusnya bisa memanjakan pengunjungnya dengan ruang terbuka perdebatan yang sehat. Secara tidak langsung mendorong literasi juga mencipta jiwa berpengetahuan militan. Ketakutan dan acamaan tak perlu harusnya dihindari agar ada kenyamanan pengguna.

Untuk paham LGBT saja fb terbuka dan memberi ruang, yang padahal "terlarang" dan diancam pidana kalau di Indonesia, tapi tak digubris. Buktinya konten begitu mudah sekali ditemukan di fb. Jadi fb ini, sedang peduli pada moral bangsa atau alasan klise demi kenyamanan? 

Jujur saja, saya belum paham landasan apa yang digunakan. Akun saya sering kali kena ancaman banned sampai hacker, sampai saat ini entah kemana, hilang tanpa jejak. Memaksa saya untuk membuat lagi akun, meskipun resikonya kehilangan teman-teman di dumay. Inilah titik problem yang cukup krusial, apalagi ditambah dengan kasus terbobolnya data pengguna karena kerja sama dengan pihak kedua. 

Bagaimanapun semua telah terjadi dan itu keputusan pihak fb. Hanya saja, ke depan hal itu perlu ditinjau agar tidak menajadi keresahan. Soalnya bukan apa-apa, sulit loh membangun komunitas via dumay untuk menyadarkan betapa pentingnya dunia literasi. Itu nampaknya cukup berhasil, setidaknya tercatat sudah 1 juta anggota di KBM. Banyak juga yang sudah punya karya, dibukukan, tak sedikit menggeluti serius dunia kepenulisan. Apa itu bukan sebuah keberhasilan nyata? Ini loh harus jadi perenungan, khusus untuk fb dan pengguna juga, agar memperhatikan batas di mana kebebasan dan dimana penghinaan. Semua untuk kenyamanan kita juga, kan? (*)

Pandeglang,   15/7/2021

     Mahyu An-Nafi
(Alumni KBM dan KBM App)


Posting Komentar

0 Komentar