Membekas di Hati yang Resah

Tak bisa tidak, saat kamu yakin ingin diharapkan harus selalu ada nilai yang kamu miliki. Harus ada prestasi, prestise yang ditonjolkan. Kalau hanya ingin tanpa ada nilai, apa arti semua. Bisa jadi itu semu belaka. 

"Kalau demikian, kenapa harus mengejar?"

"Karena dengan mengejar kita tahu bahwa kita memang punya keberanian."

"Apa itu sebuah kepastian dan nilai lebih, padahal dalam kehidupan berani bukan jaminan akan bahagia yang di harap."

"Iya sih, tapi tetap saja semua butuh berani mengukur sejauh mana kepantasan itu diperjuangkan..."

Bisa jadi. Di jiwa yang rapuh apapun bisa membekas. Tidak dengan jiwa yang kuat, mereka berharap apa yang terlukis di jiwanya adalah sebuah kenangan indah yang tumbuh dari harap. Ada luka di sana, tapi luka telah disemai menjadi pelipur dari lara. Ada tawa, namun lahir dari kebenaran langkah. 

Bukan soal sakit dan manisnya. Hal dituju itu proses menggapai apa yang disebut bahagia. Tanpa pura-pura. Tanpa ada dusta dari hati yang pernah terluka. Yang terasa yakinkan kita, yang berlalu biarkan jadi cerita untuk dikenang saja. (*)

Mahyu An-Nafi |  21/7/21

Posting Komentar

0 Komentar