Catatan Harian Nuys (2)

Selasa,  31 Agustus 2021

Saat Usiaku 20 tahun

Bulan-bulan ini kak, banyak sekali undangan datang ke rumah. Rata-rata teman-temanku sudah nikah duluan. Sering aku malas datang ke sana. Bukan karena malas bertemu teman, cuma itu loh kata-kata pamungkas yang sering terucap,

"Jadi, kamu kapan nyusul Nuys?"

Itu amat menusuk rasaku kak dan terasa merobek rasa maluku. Aku merasa menjadi orang yang tidak laku, padahal aku juga ingin macam mereka tapi kalau takdir belum menyapa, kita bisa apa.

Dengan aku cerita begini bukan aku ingin memaksa dirimu agar cepat meminangku. Bukan begitu kak. Meski jujur aku ingin, tetapi nikah kan seperti katamu bukan soal cepat-lambat, bukan soal duluan atau terakhir. Akan tetapi katamu: menikah itu soal rentetan tanggung jawab dan warna kehidupan.

Tenang saja kak, rasaku tetap sama kok. Aku percaya sama kamu dan siap menunggu seperti apa yang pernah kita bicarakan. Kamu lanjutkan perjunganmu di sana, aku di sini tetap setia.

Kamu pernah bilang kak, syahwatmu selalu berontak terus, nah, aku katakan orang macam kamu harus cepat menikah. Apa yang aku katakan benar adanya, aku tak ingin dipinang hanya untuk jadi pemuas nafsu. Itu tidak hakiki. Walau jujur aku akui akupun ingin tetapi bukan tujuan hidup.

Aku tak munafik kak, aku jua punya hasrat. Apalagi lelaki itu kamu, sosok yang telah aku kagumi sejak lama. Dari jauh aku pandangi dan tak mampu aku dekati apalagi di sapa. 

Malamku habis dicurahkan pada Pemilik Jagat ini agar menyampaikan rasa ini. Aku juga titip pada rembulan yang setia temani rasa sunyi di jiwa. 
Itu kamu kak, dan hanya kamu yang aku.... sayangi lagi rindukan!

Bagamananpun kita makluk yang punya akal. Logika juga harus berbicara dibalik rasa yang menggelora. Aku mohon, pendam syahwat itu sampai Allah pertemukan kita.

Aku ingin bilang ini walau terkesan jorok, maaf sebelumnya. Aku hanya berani cerita padamu kak, sosok yang aku pinta dalam doaku.

Aku telah membaca beberapa buku dan kitab fiqih terkait ilmu rumah tangga; mendengarkan kajian para Ustaz juga sumber lain. Aku dibuat tercengang kak, tahu kenapa?

Puncak pembahasan fokus utama pada hal seksual. Tetek-bengek urusan ranjang. Bikin anak. KB. Sunah waktu jima kapan. Dan masih banyak lagi. Tadinya aku keki sampai mengarah pada menyaksikan. 

Alhamdulillah kini aku paham. Jawabnya sederhana; urusan seksual itu inti. Tanpa itu kita tak ada. Tanpa itu harmonis pun tak ada. Tanpa ada upaya saling memuskan sebuah hubungan akan terasa hampa dan akan dibayangi percerian.

Sunah kalau suami pulang dari perjalanan jauh--kalau siang-- untuk cepat di ajak jimak. Bahkan, saat sumai kerja dan di tempat kerja atau umum dia ketemu wanita yang membangkitkan syahwatnya maka dianjurkan untuk pulang serta menuangkan syahwatnya itu pada kekasih halalnya. 

Kami kaum wanita harus menyadari dan memahami ini, tentu kaum kakak juga jangan semena-mena pada kaum hawa. Di sinilah perlunya memperhatikan etika dan kaidah hukum. Begitu kak.

Tahu kak, ternyata usiaku sudah menginjak 20 tahun. Seperlima abad untuk tetap terjaga. Tidak meratapi ujian yang Allah beri. Usia ini juga kak, bagi kelompok kami tuh tekanan psikologis. Akan ada orang yang mempertanyakan juga membandingkan dengan jenis wanita lain.

Lihat si anu sudah begini, lihat si itu sudah begitu. Enak ya mereka, masih muda sudah bahagia. Suami ganteng, anak pintar, pengasilan besar, lengkap pokoknya.

Aku harus siap kak, doakan semoga kuat. Mampu bertahan dan terus berpikir positif. Tak mudah menyerah akan ujian yang menyapa.

Di sana, kamupun semoga baik-baik saja. []

Posting Komentar

0 Komentar