Zay Punya Cerita (1)

Senin, 30 Agustus 2021

Gejolak jiwa
-
Nuys, apa membayangkan kamu terus itu dosa? Bahkan, sampai berkali-kali mimpi basah dan membuatku harus menahan gejolak syahwat. Aku malu dan cemas, tapi jiwaku berontak dengan libido yang ada.

"Orang macam kamu itu orang wajib menikah kak, karena secara kejiwaan syahatmu butuh pelampiasaan."

"Tapi Nuy, aku belum punya modal untuk meminang.."

"Ya, cari yang mau.."

"Susah. Terkecuali.."

"Terkecuali apa?"

"Kamu mau menenemani dan ingin dinikahi!"

"Gak mau kalau hanya untuk syahwat belaka."

"Terus maunya?"

"Untuk masa depan dan bekal di kampung akhirat nanti, aku mau."

Hmm, aku rasa ucapannya benar juga. Kalau alasan itu belaka, bagaimana pasca syahwat terpuaskan, apa hubungan yang telah disakralkan secara agama akan putus atau kehilingan esensinya.

Seharusnya dari awal aku paham, bahwa setiap rasa yang ada selalu punya konsekwensi; da aku belum siapa dengan konsep tersebut. 

Nuys, maafkan akan pikiran gabut itu. Jujur Nuy, aku tengah di ambang ragu akan kemana melangkah: aku ingin bertahan tetapi nafsu kelelakian ini berontak terus, mau bertahan dan seharusnya begitu terus saja dibayangi pikiran ini-itu. 

Kalau lebih lama menunggu akankah aku selamat dari badai ini?

Nuys, kenapa takdir belum jua pertemukan kita. Kenapa ruang sosial jahat sekali hanya pertemukan mereka yang punya duit, sedang kita yang dirundung rindu tetap tak bisa bertemu... aku benci kemiskinan, aku benci keadaan ini. 

Aku akan berusaha memperbaiki keadaan kantong kering ini, meski tidak bisa meyakinkan kapan aku menjemputmu di alam kesunyian di sana.

Doakan aku Nuys, sungguh aku tengah bimbang. Memikirkan parasmu, namamu, dan semua tentangmu. Aku takut, takut semua jadi ilusi. Padahal dalam doaku selalu tersemat, "Ya Allah mudahkan hamba agar bisa menjalani hari bersamanya."

Sudah ya, semoga kamu baik-baik di sana. (*)

Posting Komentar

0 Komentar