Celoteh Pasca Membaca

Semakin ke sini, ada banyak yang ingin saya ceritakan. Pada asalnya sih males, tetapi saya telah membaca buku dan menemui kejanggalan rasa di jiwa. Apa ini resah, gundah, apa pembenaran dari sikap saya yang seolah "paling bener".

Pertama, di hari 'Asyura, tepatnya di hari kamis kemarin saya mengantarkan ponakan saya yang mendapatkan santunan anak yatim di Pondok Tahfidz Karang Tanjung.

Nah, di sana, mayoritas itu santriwati. Saya yang kurang tahu dunia santriwati, coba menelusuri ruang dan tempat di sana. Saya berjalan-jalan di sana, coba cari perhatian; sengaja melihat celah kesehatrian kaum sarungan.

Saya tahu itu tak dibenarkan, tapi saya punya alasan itu. 

Ada hal yang saya saksikan, betapa mereka ceria dengan hariannya dan biasa dengan dunianya. Rata-rata pemalu dan banyak ceriwis. Soal jodoh terlihat pasrah. Sering terjadi, apa kata guru itulah pilihan terbaik. Meski kita tak tahu, apa itu cocok apa tidak.

Miris sekali, saat saya jalan-jalan di sana, ada santriwati iseng yang "menyapa" saya dengan panggilan yang miris. Saya kok merasa dilecehkan, "apa saya kayak cowok murahan?" "Apa saya aja sok kepedeaan." 
Entahlah, lama mikir demikian jadi melelahkan. 

Kedua, merenungkan buku menarik dari Mourod dengan judul 'Journey in Hell', seseorang yang terjebak di tempatnya yang tidak tepat. Dituduh teroris sampai masuk ke Guangtamo. 

Pemuda Perancis itu mendekam di penjara sampai keluarganya  karena terjebak. Miris sekaligus menyedihkan.

Betapa kualitas penjara Guantamo itu mengerikan di dunia, anehnya dunia seolah diam. Sampai-sampai Presiden Barack Obama akan menutup tempat mengerikan itu, tapi fakta bagaimana?

Sudah banyak kekejian di sana, pelecehan pada ayat suci, hilangnya sisi kemanusiaan, dan penghancuran kepada norma-norma yang telah dicatat oleh PBB untuk melindungi HAM. 

Tapi apa? 

Semua bungkam. Sekalinya bicara hanya kecaman tanpa gerak nyata. Atau jangan-jangan itulah kualitas di penjara, tak hanya Guantamo tetapi seluruh dunia. Bahwa hukuman di penjara tak cukup untuk mempreteli kebebasan dan nama baiknya. Apa yang telah ditangkap dan disalahkan aparat hukum pasti salah. Tak peduli fakta yang ada. Intinya "harus" salah dan urusan mencari dalilnya gimana nanti. 

Mengerikan sekaligus meyedihkan? Akan di bawa marwah hukum kita?

Ketiga, di novel Putri Cina saya juga tertegun. Bahwa negeri kita sudah jaya dan kaya, kenapa tetap mencri lain kekayaan. 

Posting Komentar

0 Komentar