Mengeja Rasa

Sama seperti orang lain, saya juga sering mumet. Tak lain beraktivitas seperti biasa dari membaca, menulis, dan melakukan hal produktif lainnya.

Biasanya, untuk mengobati rasa mumet itu menonton video-video di facebook. Di sana ada jenis video prank dan rayuan gombal tingkat dewa yang sering buat saya tersipu, terutama melihat respon senyum wajah di gadis itu; Maha Suci Allah yang telah mencipta jenis insan yang begitu elok.

Dari wajah itu sering saya merasa betah. Alam pikiran pun terbang. Ya, ingin juga begitu. Tapi bukan untuk prank apalagi hal tiada guna. Saya ingin punya makna dan pahala di dalamnya.

Bila wanita itu adalah dia, entah betapa manis senyum dan parasnya. Mungkin tak ingin sedetikpun mata ini tepejam apalagi teralihkan dari lukisan alam nan mempesona itu.

Hati saya begitu rapuh. Jiwa saya begitu lemah. Pikiran pun begitu letih. Fase ini menambah imajinasi liar hadir dan menyapa. Saat kata dan untaian aksara tak bisa mendinginkan jiwa, di sana saya terkapar memungut harap pada lingkaran cerita yang belum menemukan endingnya.

Apa akasara itu bisa melahirkan kamu?

Di sana saya pelototi sukma dan gerutu jiwa. Saya bertanya dan lagi gali laksana para pencari harta karun. Apa makna dan untuk apa cinta. Lagi, lagi pada-Nya meminta untuk tetap kuat terjaga.

Sebait kata punya makna
Sebaris cerita ada isinya
Dari sana pun harus merenungkan
Catatan tentang aku-dia belum jadi kami.

Menjelang istiwa, nitip rindu pada dia. (*)

Pandeglang |  26/8/21

Posting Komentar

0 Komentar