Sebuah Status : Jomblo Akut dan Takut Jomblo

Apa yang salah dengan panggilan tersebut. Kalau sesuai kenyataan kenapa harus diperoalkan. Pada kenyataannya menjadi hal yang menarik diperbincangkan dan miris bagi yang merasakan. Sasaran tembak dari ocehan mereka yang kurang peka.

Jomblo sendiri disematkan pada siapa yang belum punya gebetan. Gebetan di sini tentu saja manusia, bukan kera, tumbuhan atau predator nakal. Penting saya sampaikan karena kita ada di zaman serba aneh.

Bagaimana tidak aneh coba, banyak yang 'menyuruh' pacaran karena selalu sendiri, tetapi saat pacaran menelurkan buah hati dibenci. Katanya haram dan jaddah anaknya. 

Padahal, kalau memang harus jujur pacaran itu haram ya. Kenapa sebagian kita menyuruh pada hal haram, dari haram itu menelurkan buah digegerkann. Sampai di arak untuk dipermalukan. Serius, ini paradoks!

Seharusnya, kalau melihat mereka lagi jomblo atau betah jomblo bukan dicerca, tetapi dipahami itu yang lebih selamat bagi mereka. Mereka faqir secara hukum atau itu yang lebih aman. Kalau peduli, carikan calon yang baik bagi mereka sekaligus beri santuan secukupnya. Begitu syara' menuntun.

Jadi tak relevan lagi istilah jomblo akut apalagi mengarah pada hal ekstrem takut pada sebutan jomblo. Sebab bisa saja masa-masa itu produktif meningkatkan kualitas diri kita dan mengelola apa yang seharusnya melakukan. Memantaskan diri momen spesialnya.

Tak usah merasa tersiksa dan terpenjara. Yang kasihan itu mereka yang terus mencela dan punya pasangan akan tetapi belum bahagia. Lantas memprovokasi siapa yang belum punya pasangan agar segera punya macam dia, eh, dia aslinya belum bahagia. 

Semakin ke sini makna jomblo pun makin absurd. Pertama, di arahkan pada mereka yang belum punya pacar. Kedua, pada mereka yang belum menikah.

Okelah, untuk yang kedua itu punya nilai positif dan ajaran Islam menganjurkan. Tapi yang pertama apa coba? Sampai anak bau cikur sudah diajarkan pacaran, apa relevansinya? 

Saya tadi lihat di suatu video facebook ada bocah yang baru 12 tahun keduanya. Pacaran. Dari sana berani main kuda-kudaan. Hamil si ceweknya. Tak lama keduanya di usir dari rumah. Menikah dan terpaksa hidup di gubuk reot sungguhan. Kerjaan gak jelas nasib pun seperti kandas. Masih bocah! Coba, salah siapa?

Inilah perlunya kita menelaah sebutan agar profosional dengan maknanya. Kualitas kita ada di sana. Agar tidak salah bicara dan mis makna. (*)

Posting Komentar

0 Komentar