Film Kanibal: Trus Story Sumanto

Ngeri. Itu gambaran awal saya sekilas melihat film lawas tentang Sumanto. Film berbau mistis dan cukup mengerikan itu menarik karena ada sosok Sujiwo Tejo. Biasanya, saya menonton budayawan nyentrik itu di ILC.

Maka saya penasaran seperti apa akting budayawan berambut gondrong itu.  Perannya di Film sungguh cocok, dukun ilmu hitam. 

Film itu di mulai dengan ditangkapnya Sumanto karena telah terbukti menggali kuburan, mencuri mayat, memasak dan memakan dagingnya. Kanibal begitu sebutannya.

Saat di masukkan ke jeruji besi bersama tahan lain, kehebogan pun terjadi. Tak lain, tahanan lain takut jadi mangsa selanjutnya Sumanto. Si Pemakan daging manusia. Padahal mereka juga punya riwayat membunuh, cuma bedanya tidak memakan.

Cerita berlanjut ketika wartawati cantik dari salah satu media ingin mewawancarai, ibunya mengingatkan agar mengundurkan rencana itu. Akan tetapi wartawati itu tetap kekeuh ingin mewawancarai Sumanto. Sumanto tadinya keberatan karena tak ada yang harus diceritakan. 

Bisa jadi karena terus diminta, Sumanto pun meluluskan keinginannya. Ia ceritakan bahwa dia sebenarnya manusia biasa dan masa kecil biasa. Menjalani hari seperti kebanyakan rakyat jelata. 

Diapun terjerat kasih dengan gadis di kampungnya. Inilah awal kemelut ini. Kedekatan dia dengan gadis itu sering menyulut cemburu para pemuda berandal di kampungnya. Karena tak tahan, gerombolan itu sering memukuli Sumanto.

Satu kali dua kali dia bisa tahan. Lama-lama dia pun melawan. Sayangnya dia kalah jumlah. Badannya itu jadi bahan gebukan komplotan pemuda. 

Sisi lain orangtuanya menyindir dirinya yang jadi pengagguran. Tentu saja ini menjadi beban pikiran. Untuk itu diapun berencana untuk bekerja, sebelum itu dia mencari ilmu kekebalan di hutan untuk menjaga diri.

Setelah melewati dan melakukan ritual tertentu di hutan sampai selesai, diapun izin kepada orangtuanya serta si gadis itu untuk bekerja di rantau orang. Pergilah dia ke sana. Di sana dia menjadi tukang kebun, membersihakan rumput dan ilalang. Sampai dia bisa mengirim uang kepada kepada orangtuanya. 

Namun, di sana uang hasil jerih payahnya sering di palak oleh para preman sampai terjadi perkelahian. Dia sempat dibacok, akan tetapi tidak mempan. Ini membuat preman itu kaget sampai si kepala komplotan menyilahkan Sumanto untuk membacok balik tubuhnya.

Dan... tubuh si preman itupun roboh juga berdarah. Dia mati mengenaskan. Anak buahnya lari terbirit-birit. Sumanto kaget bukan main. Dia menyesali perbuatannya. Tapi nasi telah jadi bubur. Diapun menyeret mayat itu ke rumahnya. 

Di malam nan sunyi itulah dia mencincang dan memasak mayat tersebut. Aksinya menyembunyikan hampir saja ketahuan tetangganya, tetapi dia bisa beralibi. 

Hal yang lucu, di pagi harinya dia di kunjungi segerombolan preman. Mereka sampai minta makan, dan sumanto memberikan masakan tadi malam. Ya, daging mayat itu disuguhkan.

Betapa mereka menikmati dan menyanjung masakan Sumanto yang begitu lezat, 'gak nyangka, ada masakan daging begitu enak." Kata seorang preman. Entah bagaimana reaksi mereka kalau daging itu... daging manusia?! 

Hiks!

Ternyata kebiasaan memakan daging manusia itu wujud dari pesugihan. Itu permintaan dari gurunya, Sujewo Tejo. Sumanto ingin memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya, bisa jadi ingin cepat meminang kekasih hatinya.

Ilmu hitam indah di awalnya. Selanjutnya meminta kompensasi lain dalam kedupan. Darah dan daging manusia itulah hal menjadi pengorbanan. Sumanto dibuat cemas dan takut. Kejiwaannya oleng, tak bisa tersinggung sedikit langsung  marah.

Diperparah saat tahu kekasih hatinya telah menikah juga memiliki kekasih, hatinya gundah. Sampai di satu kesempatan ia ingin menggorok ibunya sendiri, karena rasa frustasi dan tersinggung.

Endingnya lumayan menegangkan, si wartawati ditangkap oleh dukun itu dan akan jadi tumbal berikutnya. Bau kematian tercium di sana. Akan tetapi dia berhasil lolos dengan memutuskan bunuh diri.

Apakah mati?

Tidak. Pihak kepolisian bertindak dan tim kesahatan cepat bertindak. Dia berhasil selamat dan menguak tabir dari misteri pesugihan Sumanto. Sekian. 

Banyak hikmah pasca menonton film itu. Di antaranya: jangan menyerah dengan kesulitan dan tetap menjaga iman di dada. Itulah mutiara yang akan menuntun pada jalan yang lebih menentramkan jiwa. Wallahu 'alam. (*)

Pandeglang  |  16/9/21

Posting Komentar

0 Komentar