Guru dan Keikhlasan

Istilah guru familiar diartikan orang yang pantas digugu dan ditiru. Sosok panutan dalam segala hal layak diteladani. Meski dalam sebutan harian lebih mengarah pada hal formil. 

Sebagai agen transfer pengetahuan ia punya trah tersendiri. Akan tetapi kemajuan zaman ikut menggerus tafsir guru tersebut. Mengarah pada hal yang matrealisme. Tak ada uang maka hubungan itu miskin makna.

Keikhlasan pun jadi fenomemana. Atau barangkali jadi barang 'wah', sebab guru pun punya keinginan yang sama dengan kebanyakan orang. Sementara kita menilai guru yang berorientasi pada materi ialah produk gagal dari lembaga pendidikan.

Sebab ekses dan makna yang hakiki telah perkosa oleh keinginan semu. Birokrasi merusak karena dimotori orang rakus. Yang memilah makna hakiki dengan statistik tak jelas. Banyak yang kehilangan warna. 

Hal ini patut jadi perhatian bersama. Baik pada mereka yang berkecimpung di bidangnya atau untuk kita yang menantau agar ada kualitas prima dari lembaga pendidikan kita, baik yang formal maupun normal. Kalau tetap abai, entah bagaimama nasib wajah pendidikan kita nantinya. (*)

Pandeglang |  25/9/21

Posting Komentar

0 Komentar