Menertawakan Diri

Kalau menertawakan orang lain rasanya sudah biasa, ya. Dosa pula. Bayangkan kalau sampai ketahuan, gak ditempeleng aja udah syukur. Artinya beresiko banget.

Tapi ini tentang menertawakan diri sendiri. Tentang saya yang melakukan suatu hal dan berharap banyak hak pada kenyataannya tak mendapatkan apa-apa. Miris sekaligus menyedihkan.

Jadi, tadi siang tuh saya kedatangan kabar. Di suruh datang ke rumah. Kaget dong saya. Campur senang juga. Tumben banget manggil, biasanya menunggu di sana.

Bergegaslah saya dengan ragam pikiran berkecamuk. Ada apa? Jangan--jangan saya disuruh hal istimewa? Memang begini rasanya jadi orang bermanfaat.

Percakapan di kepala terus berlanjut. Saya yang terlanjur penasaran setengah lari ke sana. Dan apa yang terjadi suadara-saudara, di sana saya hanya di suruh doang.

Bayangkan, di suruh do-ang. Ya allah, greget dan kesel sama pikiran sendiri. Kenapa harus melebihkan sesuatu ketika tak sesuai harapan ya, begini rasanya, nyesek!

Apa loe, apa loe, ketawa?!

Nasib emang. Suratan takdir. Mau gimana, di ambil hikmahnya saja. Repot bener ya? Haha. []

Posting Komentar

0 Komentar