Menyorot Berita NII Bangkit

Ada berita hangat, mengabarkan bahwa di Garut sana pihak kepolisian tengah menciduk simpatisan NII yang tengah merekrut anak-anak untuk jadi bagian dari pejuang tentara Islam. Mungkin, itu cara untuk mereka tetap eksis di jagat Nusantara.

Perlu diketahui. Dalam sejarah bangsa, NII pernah membelot dari bangsa karena ketidaksetujuan dengan sikap dan kebijakan pemerintah Bung Karno yang lembut kepada para penjajah bangsa pasca merdeka.

Sampai-sampai memberi perintah untuk mengosongkan Jawa Barat. Kartosuwiryo tokoh sentralnya tidak terima. Dia pejuang dan menjadi bagian dari partai Sarekat Islam, kemudian Masyumi. Sebagai bentuk protes karena tidak didengar, ia mencetuskan ide negara Islam.

Dia merekrut muda dan yang sepemikiran dengannya. Meski itu bentuk pembangkangan. Pemerintah sampai membujuk dengan mengirimkan Natsir sahabatnya di Masyumi. Bahwa jalan yang dia pilih salah, Karto tetap bergeming. Kekeuh dengan gagasannya.

Saat tak ada pilihan. Popor senjata menjadi kesepakatan dua pihak. Pasukan DI/TII digempur pihak TNI. Hal itu untuk menjaga kelangsungan nama besar dan marwah negara.

Pada endingnya, pasukan pembelot ini ada yang tertangkap, tertembak, menyerah, dan SM. Kartosuwiryo berhasil ditangkap. Di hukum mati.

Secara formil NII mati. Pemerintah tegas membubarkan. Ya, secara hukum begitu. Secara laten dan pemikiran, dia akan tetap hidup. Seperti yang dikatakan sejarawan, tak akan ada laten pemikiran yang mati. 

Untuk itu, isu-isu kebangkitan laten lama selalu menarik. Seksi. Tak jarang menimbulkan ketegangan. Meski terkadang bertanya: esensinya apa sih?

Boleh dong kita bertanya, itu yang ingin membangkitkan kembali NII siapa? Apa dia bagian dari keluarga yang telah wafat? Apa mereka hanya simpatisan yang numpang tenar? Atau mereka hanya cari sensasi yang sengaja jadi boneka karena ada orang yang rela mengeluarkan kocek. Demi kepentingan semu.

Nah, siapa mereka? Sok buka ke publik. Telanjangi jati diri mereka. Biar kita tahu apa inginnya mereka dan arah tujuannya ke mana.

Tahu gak sih, suka ada loh, orang-orang yang tak bertanggung jawab. Mereka mudah menyimpulkan. Menuduh tanpa logika sehat. Mengatakan ringan, aktor di balik semuanya ialah para anak-cucu tokoh NII.

Sekilas lalu dipahami. Bisa jadi kan. Tapi, bagaimana kalau tidak benar. Sudah juga mereka lama di-marginal-kan. Ujug-ujug saat ingin berdamai--sudah damai, dikomporin mereka yang kurang bahagia itu, sopo yang salah?

Mengangkat isu seperti ini amat sensitif. Apalagi ini, ada Islam-nya. Kita yang bersebrangan dengan gerakan ini pasti menerima stigma negatif dari pihak-pihak tertentu, tetapi kita bisa marah dan tersinggung kalau Islam-nya dijadikan headline penyudutan.

 Seolah Islam itulah agama yang menjadi biang pemberontakan dan laku teror. Kita sunguh kecewa. Apalagi kalau sampai isu itu ditunggangi untuk kepentingan semu, dan warga yang awam terprovokasi karenanya.

Pada siapa kita salahkan dan menyalahkan?

Semoga pihak berwajib bisa mengungkap secara gamblang dan menyeluruh dalang di balik ramainya kebangkitan NII di Garut itu. Tak hanya ramai, tapi tak memiliki urgensi apa-apa. Sekedar memanaskan ruang sosial belaka. Inilah pentingnya kita cerdas membaca fenomena. Wallahu a'lam (*)

Pandeglang |  10/10/21

Mahyu an-Nafi

Posting Komentar

0 Komentar