Ragam Karakter Ustadz di bumi Pertiwi

Ada banyak Ustadz di negeri tercinta, ada yang ramai dikenal khalayak, ada juga yang biasa jua. Tetapi nama mereka harum di nalar warga. Memberi kontribusi segar pada ruang dakwah. Kita tak bisa menggrenalisir hanya pada tokoh tertentu. Atau hanya pada yang viral, sedang di luar sana ada jutaan orang yang menyerahkan raganya pada dakwah.

Karena saking banyaknya. Tersebar ke pelosok negeri. Dari sanalah membentuk karakter menyampaikan pesan keislaman. Medan juang jadi warna tersendiri. 

Ada yang begitu serius, ada yang humoris, ada yang lembut-menyentuh, ada yang tegas lagi membakar, ada yang provokatif pada laku sedekah, atau ada yang disebut "ekstrem"; rupa itu mewarnai belantika dakwah nusantara.

Memang, ada yang coba melihat dari satu sudut: katanya sih tokoh itu, gini. Tokoh ini moderat. Ada pokoknya. Yang itu anti-NKRI. Yang Ini paham kebhinekaan. Ah, dia mah kurang paham Islam tapi sok tahu, modal media saja.

Banyak sekali catatan kalau kita mau kaji lebih dalam terkait bedanya metode dakwah. Akan tetapi, rasanya percuma. Semua punya pegangan akan sikapnya, lebih baik menebar damai.

Perbedaan yang bisa merusak keutuhan bangsa dan ketentraman warganya, apa lebih bijak dibicarakan tidak di tengah khalayak awam. Buatlah ruang para 'alim yang mengrah pada dikusi ilmiah. 

Terus mencari kesalahan dan membenturkan kekuarang-kelebihan para Ustadz, bagi saya sudah relevan. Kalau dulu bisa jadi cocok. Tapi sekarang kita ada di zaman serba persaingan, serba kemajuan, dunia butuh sumbangsih ummat, bukan sekedar debat tanpa esensi apa-apa.

Sudah sepantasnya kita belajar menikmati apa yang sudah tersedia. Seperti menikmati pluralitas kita sebangsa yang berbeda SARA. Dalam beragama pun, walau berbeda pemahaman asal tidak mengarah pada hal prinsipil, bisa dong kita berjabat tangan sambil makan-minum sambil nyantai.

Ruang sosial tak panas hingga parahnya mengarah pada pembenturan niliai. Saat ada masalah kita selesaikan dengan kepala dingin. (*)

Posting Komentar

0 Komentar