Insiden di Masjid Tegal

Insiden di masjid (Sumber/republika)


Jam sudah menunjukkan pukul 12.10 WIB seharusnya adzan jum'at sudah dikumandangkan. Tapi Abah Emi terlalu asyik membaca dzikir tanpa melihat waktu sudah masuk. Diingatkanlah oleh Abah Muhana, karena sudah lewat.

Begitu cepat respon ditanggapi jamaah. Rata-rata jamaah setuju dengan Abah Muhana, "bisi endek gera ka sawah naon batur. Rosa amat!" kata jamaah di samping kanan saya berkomentar.

Di lain tempat Abah Iming setuju dengan tindakan Abah Emi, baginya apa yang dilakukan Abah Emi itu bagian dari ihtiyat (baca: hati-hati). 

"Rek gera molor meren!" Balas Abah cukup sengit.

Saya sendiri hanya diam. Sama saja bicara atau tidak. Cuma saja saya berkeinginan menuliskannya di blog. Lumayan buat nambah konten. Haha.

Keresahan Lama  

Apa yang terjadi tadi siang di Masjid sesungguhnya sesuatu yang baru. Itu potret lama yang terpendam belum terurai dengan baik. Ketika belum jembatan komunikasi hangat antara tokoh dan masyarakatnya. 

Apa yang terjadi seharusnya menyentuh jiwa para pengurus Masjid. kenapa hal sepele begitu harus diributkan. Sepele tetapi tidak dibaca oleh pemangku masyarakat. Muaranya anti kritik dan menyimpulkan apa yang diketahuinya saja terhadap argumen orang lain dianggap angin lalu.

Peta Politik Kampung  

Kalau dikaji lebih dalam sebenarnya soalnya adalah manajemen kepengurusan yang mandul. Minim ide dan gerakan. Sekalinya ada gerakan menjelang bulan muludan.

Untuk ritual tahunan dinomor-satukan di saat yang sama untuk aktivitas harian melompong kosong. Entah di mana dan bagimana cara melihat fenomena rakyat itu.

Bisa jadi karena ada yang salah dari penunjukkan siapa DKM-nya. DKM dipilih bukan karena memiiki kapasitas dan kualitas utama, tetapi ironinya karena uang, jabatan, atau kekayaan.

Sehingga kualitas tidak ada, tidak paham program apa selanjutnya dilakukan. Semisal adzan dan khutbah saja belum tertata dengan baik. 

Belum kita ngomongin pengajian atau gerakan penyadaran agar masyarakat tahu dan memahami syariat agama. Jangan hanya sebagian saja, sedangkan masyarakat awam tidak diberi arahan. Padahal itu bagian dari tupoksi DKM di mana saja.  

Ke depan harus ada gerakan nyata. Harus ada pembaharuan kepengurusan untuk menjernihkan sikap resminya. (***)

Posting Komentar

0 Komentar