Hari Raya Kangen atau Rindu?



Berapa hari sih kita tidak saling menyapa. Saling tegur. Saling melepas rindu. Ya rindu. Mungkin kangen juga. Mungkin ap-apa. Serasa ada yang beda. Yang beda pun terasa. 

Tetapi jarak memisahkan kita. Kita pun dipisahkan oleh untuk diam. Seru sih, jadi kita terselamatkan dari kebosanan. Tiap hari bersama kadang buat kita saling terlecut emosi. Semua seru, mungkin kalau sama kamu. Bersamamu kalau berbagi ceria seru. Meski kita harus mengorbankan waktu.

"Aku hanya kangen."

"Aku cuma rindu."

"Rindunya sama kamu."

"Sama kamu rindunya."

"Sama Milea rindu?"

"Jangan, kan punya Dilan."

"Dilan rindu kamu?"

"Jangan juga, kan punya Milea. Punya Chaca juga."

"Terus, kamu punya rindu untuk siapa?"

"Untuk yang mau merindukanku."

"Kok gitu?"

"Iya, kalau rindu dipaksa nanti rindu dipaksakan. Gak seru!"

"Rindu memang seru."

"Kok bisa?"

"Iya, kadang buat kita cemas, marah, curiga atau senyum sendiri. Hanya saja kamu suka bohong?"

"Kok bohong?"

"Iya, kalau rindu harus jujur. Jujur dengan perasaan sendiri. Biarkan dia tahu seperti kamu rasakan. Mana mungkin dia tahu kalau kamu tidak kasih tahu."

"Kok kamu tahu?"

"Karena aku rindu.'

"Aku juga rindu."

"Maksih sudah jujur."

"Maksih sudah mengajarkan kejujuran."

Pagi menjelang siang cuaca di sini panas, tapi hatiku tidak. Bahkan saat melihat mereka bersama, mereka men-sakralkan hubungannya. Atau saat mereka bilang, "Kapan menyusul?"

Aku tersenyum kecut. Tak apa. Kenyataannya memang masih sendiri kan, ngapain marah? Bagiku, menjadi minoritas di tengah mayoritas harus sabar. Sabar dengan tulus. Anggap saja ujian iman. Ujian kesetian jua. 

"Emak tahu, tapi mau gimana. Ada yang harus kamu perjuangkan. Jangan sekarang! Jangan melangkah terlalu jauh. Nanti tersesat. Jadi orang dulu, baru boleh meminang anak orang," kata Emak menahan rese melihat anaknya mikirin nikah tapi modalnya cekak. 

Aku tersenyum dan aku menertawakan diriku. Aduh aku, apa dengan aku. Selama ini aku sudah ada di 'aku' tapi belum tahu 'siapa aku'. Mungkin ada saatnya aku jadi kamu. Kamu jadi aku. Kita pun jadi satu. Seperti mereka yang tengah memadu kasih di sana.. 

"Eh, tolong ya, jangan melamun di sini. Gak lihat apa, Masjid itu tempat ibadah bukan tempat  mengkhayal. Paham!" Seru Pak Owi.

"Eh, maaf Pak. Permisi," kataku dengan rasa malu. Ah sialan, cuma berkhayal. Aku pun pulang menghirup rasa rindu, sendiri lagi. Tanpa kangen. Tanpa tahu pada siapa. Siapa yang tahu. Buku pun jadi teman lagi. Selamat hari buku dunia. (**)

Pandeglang | 21 April 2023   10.54

Posting Komentar

0 Komentar