Emang Salah Laki-laki Curhat?



"Banyak orang yang bercerita kepada saya, curhat ke saya. Rasanya tiap hari enak sekali curhat masalah hidupnya.
Seolah hidupnya penuh masalah, sedangkan saya tidak. Padahal mah, masya Allah," gerutunya dengan senyum kecut.

Aku tentu paham, gimana rasanya jadi "tong sampah" beban masalah orang. Di saat banyak masalah kita dicari, saat ceria kita dilupakan. Seolah pantas, apalagi kita laki-laki. Laki-laki harus selalu kuat.

Selama ini begitulah dunia laki-laki dilihatnya selalu kuat. Kadang pura-pura kuat. Wanita memang suka curhat. Suka cerita. Sedikit dari mereka yang mau peka dengan perasaan lelaki atau pasangannya. Kalau lelaki pun ingin curhat tapi malu curhat ke siapa. 

Julukan lelaki sudah kuat sudah mendarah daging. Siapa yang curhat dia cengeng, lemah, dan alay. Luarnya mungkin perkasa, dalamnya kita gak tahu. Untuk itu kita melihat, lebih banyak perempuan yang tahan ujian daripada laki-laki. Lebih banyak laki-laki yang "bermain hati" dengan wanita tidak benar daripada wanita bermain dengan laki-laki "tidak benar".

Sebagai lelaki aku bukan ingin menyudutkan, mungkin lebih melihat jujur kepada diri kita. Apa salahnya laki-laki curhat? Apa salahnya laki-laki meluangkan keluhnya? Bukankah mereka punya rasa sama dengan wanita, yang penyalurannya tak selalu mengarah hal-hal yang seksualitas.

Bagiku laki-laki harus jujur. Jujur dengan tidak dibuat-buat. Teori usang yang digelontorkan Freud tidak selamanya relevan di segala masa. Libido seksual bisa dicegah dan dikontrol sesuai usaha kita. Kita bukan robot. Kita insan yang diberi akal untuk mengolah apa yang kita lihat, rasa dan pikirkan.

Curhat bisa jadi penyaluran emosi terpendam. Adapun curhat tidak selalu kepada wanita. Curhat tertinggi itu  ketika curhatnya kepada Allah. Itulah sebaik hamba. Kalaupun tidak curhat dengan menuliskannya. Menulis apa yang dirasakan. Semoga saja nanti jadi karya. 

Sahabat Nabi itu sering curhat ke Nabi. Nabi mendengarkan dan menjawab dengan baik, ramah pun penuh cinta. Jangan lupa, nabi pun sering berdoa. Doa itu bukankah istilah dari curhat ya?

Banyak kasus kriminal terjadi pemicunya sederhana, bisa diejek bau badan atau belaga kuat hatinya sepi. Padahal mungkin hanya canda belaka. Itulah kenapa kata Nabi "orang kuat itu mereka yang mampu mengelola emosinya". Emosi soal personal, yang tahu diri adalah dirinya sendiri. Harus beran jujur ke diri, dari sana menuntun pada ketentraman hati.

Lelaki bijaksana itu bukan mereka yang tidak memiliki persoalan hidup. Justeru dari persoalan itu mereka bangkit dan belajar tentang kehidupan. Sedangkan lelaki yang belum bijak justru mencaci persoalan itu. Seolah persolan biang keladi masalahnya. Wajar gak naik-naik kualitas hidupnya. Jangan tanya ada apa, barangkali lupa mengukur kemampuan dirinya.

Kalau kamu mau curhat, curhatlah. Cari orang yang tepat agar memahami kegundahan hatimu bukan mereka yang mencemooh masalahmu. Kalau pun tidak, ya terserah. Toh, itu hidupmu. Hidupmu bukan hidupku, selanjutnya begitu. 

Sebagai penutup, mari belajar menuliskan curhatmu lewat kata-kata. Jangan hanya lewat kemarahan atau emosi belaka. Perlu ada usaha agar lebih baik. Untuk sampai di sana, tidak cukup berharap. Perlu aksi. Siap berubah kawan? (**)

Pandeglang,  27 April 2023    23.13

Posting Komentar

0 Komentar