KMRD Ke-7 Pasca Lebaran, Mendiskusikan Trik Menulis Cerpen

Siang tadi hari pertama KMRD kembali dimulai setelah libur lebaran. Lima belas hari dari puasa ke-15 sampai sekarang satu bulan tidak ada kelas kepenulisan. Entah karena kelamaan libur atau mungkin masih mabuk liburan peserta yang hadir hanya dua orang; aku dan Uul. Ya, cuma berdua.

Belum lagi menunggu waktu, ada kabar sedih karena Mas Gong yang sedianya hadir terserang sakit. Ambeien-nya kambuh. Masya Allah, cepat sembuh Mas agar kembali aktif dan beraktivitas seperti sediakala.

Padahal perjalanan tadi lumayan melelahkan. Sisa macet lebaran masih terlihat. Kesibukan yang menjemukan. Kalau saja bukan demi dan kecintaan pada ilmu rasanya pengen tepar sambil ngopi, baca buku juga sesekali chatan sama seseorang nun jauh di sana. Yang selalu memberi semangat padahal dirinya sedang tidak semangat. Cepat sembuh juga, ya!

Kalau sudah begitu, aku hanya melangkah ke perpustakaan. Mengembalikan empat buku kemarin yang sudah dipinjam dan meminjam buku lain yang buat otak ku  kelaparan. Tadinya aku azam belum mau pinjam buku, mau fokus mengkaji karya Syaikh Sabiq dan koleksi lain.

Buyar sudah kalau melihat tumpukan buku-buku. Begitu manis, anggun, dan amat menarik. Kembali tiga buku digondol untuk mendapatkan sisi cerah peradaban. Meskipun Mas Gong berhalangan hadir, meskipun juga hanya ada dua peserta--sama orang Pandeglang-- acara tetap dilanjut..

Di daulat sebagai pemateri Kang Salam. Peserta bertambah dengan adanya angkatan yang lalu. Seru sih, sekaligus banyak pengetahuan di dapat. Pemaparan Kang Salam yang apa adanya dan dilengkapi daya baca yang bagus sehingga kelas terasa hidup. Wawasan luas mengajak kami mengembara atas buah pikiran peserta, pun memompa untuk segera berlatih.

"Pembaca yang baik yaitu kita tahu judul buku apa yang dibaca, tahun terbit, siapa penerbitnya dan halamannya. Itu seperti Zakir Naik, yang menyebutkan data-data secara jelas," ujarnya sore tadi di KMRD ke-7  (30/4/23).

Selain itu, menyampaikan tips bagi kami bagi yang mau ikut event cerpen harus memperhatikan setidaknya tiga hal: Judul yang menarik yang ada metafornya, mengelola koflik dengan apik sesuai keinginan tokoh atau penulisnya, membuat opening yang berefek.

Mudah sekali kan? Cuma tiga hal bisa dijadikan pegangan dapat juara, kalau serius digali. Masalahnya tidak semudah itu, penulis hebat selalu lahir dari usaha yang keras dan latihan yang tidak kenal lelah. Satu karya itu proses dari sekian proses, tidak langsung jadi.

Bahkan katanya, kalau kita mau menulis satu cerpen maka kita harus minimal sepuluh cerpen. Begitupula puisi, dari 1/10 bacaan. Kang Salam juga menyindir "orang Indonesia" membuat target itu suka sederhana. Baru lolos Kompas saja sudah gimana bangganya, padahal itu baru taraf nasional belum dunia.

Penulis yang baik harus menunjang bacaan yang komplet. Tidak hanya sastra tapi politik, ekonomi, agama dan filsafat. Filsafat itu yang memproduksi ilmu sedangkan sastra/menulis proses merangkum ilmu pengetahuan. 

Setelah selesai kelas, biasa diskusi dan debat terkait dinamika pemikiran Islam bersama Mahasiswa aktif di UIN. Dua lawan satu. Dari ngomongin politik dinasti di Pandeglang dan gaya mewah anaknya disorot media sampai pada perdebatan panas Syiah-Suni.

Seru dan agak panas. Pikiran yang memantik untuk aku terus banyak membaca. Ngeri juga "menggugat Sunni" dan terkesan membenarkan Syiah. Dari syiah moderat dan apalah Ulil Abshar Abdalla sampai ke Jalaludin Rakhmat. 

Lagi waktu memisahkan. Bukan tak ingin diskusi ilmu, selain sore juga takut  buat Emak khawatir di rumah. Setengah enam pulang menuju rumah. Ke-magrib-an di jalan. Berjuang lagi. Semangat berjuang!

Pandeglang, 30 April 2023   21.05

Posting Komentar

0 Komentar