Ketika Medsos Berbuah Rindu

__
Dua hari lalu saya dikabari seseorang berinisial D, akan ke Pandeglang, katanya ingin ke Curug Goong. Saya pikir itu hanya bercanda. Mana mau jauh-jauh dari Madura liburan ke Pandeglang, hanya ingin menikmati curug yang punya air terjun itu. Apalagi Jatim dan Jateng juga punya wahana rekreasi cukup kaya juga, Gak mungkin pikir saya.

Tadi malam dikabari lagi sekarang sedang menginap di Jember di salah satu sanak ayahnya. Saya belum percaya juga. Meskipun dia meyakinkan, kemungkinan besok sudah datang Pandeglang bersama keluarganya. Modal Google maps. Luar biasa nekat, setidaknya bagi saya yang suka mengurung dari jalan-jalan.

"Nanti Cak Thofa yang mengarahkan," katanya gitu di WhatsApp.

Pagi tadi melihat di story WhatsApp-nya, dia gak bercanda. Tengah asyik melihat keramaian di alun-alun Pandeglang. Tiba-tiba dada saya terasa sesak. Entah karena rindu berkecamuk, terlalu bahagia atau cemas sendiri. Deg-degan tak karuan.

Dia yang seperti imajinasi tidak lama lagi tidak jauh dari sini. Ya. Itu nyata. Dia ada di sini. Kota kelahiran ku. Seseorang itu orang yang aku kenal lewat grup tilawah di media. Dari sharing jadi penuh cerita. Kami akab, dekat, dan nyaman saja. Padahal ada banyak hal paradoks di antara kami.

Sayangnya dia gak mau ketemu. Dia belum siap. Baru siap mengunjungi kota kelahiranku, setidaknya untuk sekarang. Sebenarnya aku ingin menolak, jauh-jauh dari Madura masa tidak mau mampir sejenak ke rumah. Gak apa sejenak. Setidaknya aku tahu dia dan keluarganya, menyambung tali silaturahmi tidak hanya akrab di media saja.

Dia memohon dengan sangat agar jangan sekarang. Apalagi tadi pagi ada kabar duka dari salah satu keluarga besarnya wafat, liburan pun terpayungi awan kesedihan. Kematian siapa yang tahu? Daftar kunjungan pun dipersingkat.

Begitulah pertemuan tak jadi walau amat dekat sekali, kalau belum Allah izinkan maka tak jadi. Sejauh apa pun jarak kalau sudah diharuskan bertemu maka Allah kuasa melakukannya sesuai iradah-Nya. Akan tetapi aku percaya, entah kapan aku akan ke sana untuk tour kepenulisan atau urusan lain, bisa menginjakan kaki di tanah pengahasil garam itu.  

Tidak hanya ke sana; bisa jadi ke NTT-NTB; ke Makassar; ke Kalimatan; Ke Brastagi, Batu Bara Medan; Jatim-Jateng; Aceh atau bisa jadi tour dunia. Semua rahasia Allah sebagai hamba aku hanya yakin dan percaya. Sekarang aku tengah bermimpi, entah bisa jadi nanti mimpi itu jadi kenyataan.

Aku sungguh membayangkan, ketemu dia saja begitu senangnya. Dia yang manusia biasa seperti aku. Dia yang bisa salah, bisa pula benar. Bagaimana nanti ketemu Rasulullah yang mulia itu!? Maksum dari dosa, penuh cinta, amat penyayang dan tiap saat milyaran lisan memujinya. Masya Allah, betapa sesak juga deg-degannya raga ini!

Bahkan, betapa bahagianya nanti di alam akhirat sebagaimana diyakini Ahlussunah waljmaah, bahwa siapa yang beriman akan masuk surga. Di surga yang penuh kenimatan itu ada kenikmatan luar biasa yaitu melihat wajah-Nya. Sebagaimana diterangkan KH. Sirojudin Abbas.

Aku kecewa tidak ketemu dia tapi aku akan lebih kecewa tidak bertemu wajah Nabi di sana. Sebagain orang yang amat cinta ke Nabi mampu bertemu di alam mimpinya. Pelipur lara dari rasa rindu sebelum alam dunia digulung, tetapi aku siapa di antara para muhibbin tersebut?

___
CAHAYA CINTA

aku ingin memandang wajahmu 
   : penuh purnama cinta
meminum secawan obat kerinduan

aku ingin mencium tangan-tangan yang melahirkan peradaban
dari Mekkah sampai Madinah
menghancurkan keculasan
membunuh ketidakpastian
menghidupkan obor cahaya
dengan ketulusan cinta

Oh Nabi, sudikah singgah
dalam mimpi-mimpi jiwa kotor ini
agar terjaga dari serbuan tentara syahwat 
dari gedoran pikiran jahat
dari impian penuh laknat
 __

Rasa deg-degan itu masih terasa. Getar masih menggema. Sungguh, aku merasa bodoh sendiri. Dari media bisa mengantarkan pada getar-getar rindu. Menggemaskan sekaligus buat malu. Padahal hanya media, bagaimana nanti kalau tidak sesuai ekspektasi?

Benar kata Tere Liye, yang membuat Cinta itu membahagiakan ya cinta itu sendiri. Cinta tidak butuh definisi. Bersyukurlah untukmu yang memiliki cinta dan kerinduan mendalam pada Sang Nabi akhir zaman. Sekalipun kita tidak melihatnya sesuai sabdanya juteru ummat-nya di akhir zaman amat dirindukannya. Tidak melihat tapi begitu beriman. Sudahkah hari ini kamu rindu? (***)

Pandeglang |  1 Mei 2023   13.41

Nb: Semoga lancar dan sampai tujuan ya untuk kamu dan keluarga yang tengah perjalanan pulang. Semoga berkesan dan barakah kunjungannya.

Posting Komentar

0 Komentar