Atta Halilintar dan Aurel di Podcast Bang Densu

Atta Halilintar dan Aurel di Podcast Bang Densu
Tangkapan layar obrolan Atta Halilintar dan Isteri di Podcast Bang Densu (Dokumentasi Pribadi)

Aku baru saja menonton perbincangan Atta Halilintar dan Aurel di podcast Bang Densu. Dua pasangan muda itu bercerita tentang suka-duka menjalani kebersamaan. Seperti apa tajamnya lidahnya para netizen dan lepas dari image pencitraan yang selama digemborkan media terhadap sosok Atta Halilintar yang amat ekspresif.

Barangkali kita harus bisa membedakan, mana pekerjaan dan mana kepribadian. Di depan layar mungkin seorang publik figur terlihat konyol dan atraktif, di belakang layar mungkin saja berbeda. Perbedaan ini yang tidak mudah dipahami oleh sementara netizen sehingga kerapkali menjadi blunder.

Dari pasangan muda itu, aku sungguh melihat bahwa cinta memang perlu diperjuangkan. Perjuangan itu yang membedakan mana pecinta sejati dan mana penghianat hati. Namanya pejuang tidak milik golongan lelaki dan monopoli perempuan saja. 

Sedikitnya dua hal yang aku tangkap dari pasangan muda ini. Pertama, busana muslimah yang melekat di Aurel. Kedua, nikah muda di kalangan selebritis. Dua hal yang sekarang dianggap biasa. Itu sungguh kabar gembira bagi pegiat dakwah. Sebab, pernah di satu masa jilbab jadi "barang haram" ditampilkan di ruang publik.

Busana yang "ditunjukkan" Aurel punya pesan tersendiri. Bagaimana pun pakaian adalah citra seseorang. Saat seseorang menampilkan pakaian tertutup lagi Islami, sebetulnya ingin mengabarkan bahwa "saya muslimah dan saya cinta aturannya pula". Jadi, tidak neko-neko.

Sebab, ada banyak muslimah tapi belum mau menutupi wajahnya itu dengan jilbab atau cadar. Kita malah mendengar mereka "ingin menjilbabi hatinya" dulu baru wajahnya. Lagian hukum jilbab itu masih perdebatan Ulama-ulama. Begitu katanya. Masing-masing saja.

Menurut Gus Baha itu hal yang di luar kebiasaan. Itu hal ranah "kesukaan" dan "kewajiban". Kalau kita ditanya lebih suka wanita berjilbab yang tertutup kecantikannya atau tidak berjilbab sehingga kecantikannya jadi konsumsi semua yang melihat.

Secara nafsu mungkin kita akan bicara lebih suka yang terbuka, karena dengan terbuka kita bisa menikmati pesona lukisan Tuhan itu. 

Tetapi secara aturan agama yang kemudian jadi hukum moral, itu terlarang. Setiap wanita wajib berjilbab hampir semua Ulama setuju, berbeda dengan cadar atau burqah yang khilafiyah. 
Aneh dong, pengen masuk surga tapi tawar menawar sama aturannya. Ini paradoks.

Tetapi budaya jilbab pun cukup ternodai dengan jilbab tapi masih menonjolkan lekuk tubuh dan transparan. Padahal jilbab yang baik perlu memperhatikan, bahannya tidak tipis, tidak menampilkan lekuk tubuh dan berangkat dari kesadaran tujuan yang baik lagi benar. Bukan sekedar ikutan trend.

Tapi kita percaya, seperti yang diujarkan Ustaz Deri Sulaiman, "Islam adalah cahaya. Cahaya tidak akan kalah oleh kegelapan. Gelap itu akan tersendirinya redup oleh cahaya Islami."

Nikah muda pun sempat jadi isu menarik, setidaknya di kalangan publik figur. Tidak sedikit yang memilih menyendiri sampai usia sanagat matang agar nanati katanya pas nikah sudah cukup bekal. Baik mental maupun secara ekonomi. Siapa yang memilih nikah muda kadang jadi bahan tertawaan.

Namun sekarang nikah muda jadi hal yang lumrah, tidak hanya akrab di kalangan Santri dan aktivis dakwah saja, menyebar ke berbagai kelas sosial. Adapun yang harus digarisbawahi adalah apa tujuannya menikah dan harus siap menanggung resiko lahir-batin. Jangan hanya demi gagah-gagahan saja!

Betapa selama ini kita melihat fenomena nikah cerai berbanding lurus. Hari ini heboh nikah pasangan muda, besok-besok geger cerai pasangan muda lagi. Dua hal yang buat gusar tetapi di saat yang sama buat keseruan-- untuk mereka yang suka gosip.

Dari pasangan muda itu, aku sungguh melihat bahwa cinta memang perlu diperjuangkan. Perjuangan itu yang membedakan mana pecinta sejati dan mana penghianat hati. Namanya pejuang tidak milik golongan lelaki dan monopoli perempuan saja. 

Pejuang cinta ialah siapa saja yang mampu menjaga kesetiannya, terbuka untuk banyak hal dan mau saling memahami apapun keadaan pasangannya. Untuk itu, sebaik-baik pecinta sejati adalah Nabi.

Mungkin kita bertanya, kok bisa?

Ya tentu saja. Nabi itu orang yang super sibuk. Ya, sibuk risalah Ilahi. Sibuk dengan tugas mengatur negara dan segala problem politik juga militer. Di saat sama sibuk menjaga keharmonisan dari 9 isteri setia lagi Solehah di rumahnya. 

Akan tetapi, sejarah mencatat rumah tangga nabi adalah rumah yang penuh cinta dan sayang. Nabi soosk suami yang memahami karakter muda Ibunda sayidatina Aisyah, cemburunya Sayidatina Ummu Salamah, dan akhlak indah lain dicatat di kitab sirah oleh Ibnu Ishaq sampai Syaikh Al-Mubarakfuri di abad ini. 

Siapa yang obyektif melihat sejarah Nabi akan tahu bahwa meyakini ajaran yang dibawanya bukan sekedar "mengakui" tapi perlu "meyakini" lantas "menggali" untuk "menerapkan" dalam aktivitas sehari-hari.

Itulah kenapa, melihat muslimah berjilbab di berbagai negara maju sekarang bukan hal yang aneh karena risalah Islam telah menyebar ke berbagai penjuru dunia. Suara Islam punya gema dan punya bobot meski di sana-sini ada yang terus berupaya menggembosi. 

Tapi kita percaya, seperti yang diujarkan Ustaz Deri Sulaiman, "Islam adalah cahaya. Cahaya tidak akan kalah oleh kegelapan. Gelap itu akan tersendirinya redup oleh cahaya Islami." []

Pandeglang, 28 Mei 2023    22.23 

Posting Komentar

0 Komentar