Biar Bung Madin Saja Bicara Politik Pandeglang, Saya Diam Saja

  
Biar Bung Madin Saja Bicara Korupsi
Sumber gambar internet

Anak sulung Bupati Pandeglang lagi santer diperbincangkan netijen terkait menenteng tas mahal. Tidak hanya anaknya, suaminya pun disorot pula karena tertangkap memakai gasper mahal yang harga bikin melongo, 15 juta.

Sebenarnya bukan kali ini saja, Ibu bupati kami ini pernah disorot media sejenis Detik.com gara-gara biasa liburan keluar negeri. Belum lagi kabar mobil dinasnya jadi perdebatan. Sedangkan kita tahu, Pandeglang termasuk kabupaten yang tertinggal pendapatannya di banding kabupaten lain di Provinsi Banten.

Sebagai warga Pandeglang pun saya dibuat rungsing karena ada yang bertanya ke saya terkait kehebohan terjadi. Seolah saya tahu atau paling tahu. Padahal saya ingin puasa ngomongin politik walau ini terjadi di kota kelahiran saya. Biar yang lain saja, biar saya pura-pura polos.

Cukup akun saya pernah banned dan takut pula resiko kena gebuk. Siapa lah saya coba meluruskan sikap dan gaya bupati, apalagi bupati orang punya kekuasaan dan kekayaan pula. Saya punya apa? Punya mimpi dan kasih sayang doang. Di zaman ini, mana ada dua modal itu laku setidaknya menarik.

Sejujurnya kalau mau ngomongin gaya hedon keluarga bupati, saya pikir itu biasa. Bisa dikatakan sudah jadi rahasia umum. Jangankan sekelas bupati, sekelas lurah saja gayanya sudah mentereng. Itu tontonan biasa walau jujur hati tersiksa. Suara rakyat biasa paling dongkol saja terus dipendam.

Kalau harus berani maka harus gabung ormas atau punya backing vokal kuat. Kalau untuk makan repot, kerja gak jelas, terus bon menumpuk di warung kami tahu diri untuk bicara politik. Politik itu keras maka politisi pun adem di muka aslinya kadang sekeras baja.

Lagian ya, ibu Bupati itu bisa dikatakan orang kaya di wilayah kami. Anak sultan bebas melakukan apa saja. Apalagi kalau untuk pamer barang branded jutaan. Jangankan saya, tanya saja pedagang asong atau parkir di sekitar Pandeglang, yakin sudah pada tahu.

Kenapa kami tidak seberani Bung Madin itu?

Mungkin karena kami nyata adanya. Kalau macam-macam gampang kena hantam, wong akun medsos-nya saja lengkap biodatanya. Sebenarnya apa yang disampaikan Bung Madin itu biasa tetapi jadi luar biasa karena si Abang berani lantang. Itu yang belum kami lakukan. Kami masih memikirkan isi perut dari pada isi peradaban kota kami.

Sekarang sudah serba salah gini. Teman-teman PMII sudah demo pula di kantornya. Katanya Ibu sedangkan mengurus resepsi anak sulungnya dengan orang Korea. Korea cuy, jauh banget. Kita doakan, moga lancar resepsinya. Semoga nanti lancar membenahi problematika di Pandeglang agar tak usah khawatir ada demo atau gaya hidupnya terkena sorotan.

Sebagai warga Pandeglang kami bangga dengan kota kami. Tapi kami juga boleh dong tidak bangga ketika orang luar bilang ada banyak problem Pandeglang yang belum selesai sampai kini. Jalan rusak misalnya. Ruang ekspresi bagi pegiat literasi yang masih sunyi. 

Akhirnya, saya sampaikan bahwa saya bukan pakar politik. Belum belajar ilmu politik pula. Saya hanya suka baca buku-buku di antaranya pakar politik dan politisi negeri ini. Entah itu Bung Karno, Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur sampai Pak SBY.

Maka saya hati-hati bicara politik apalagi ngomongin gurita kekuasaan. Ah, harus tahu diri. Saya hanya percaya, di Kota Kami masih banyak orang baik dan tengah berbuat baik. Ibu bupati pun baik, insya Allah. Setelah ini pasti introspeksi, baik sikap dan kebijakannya. Mana yang harus diperbaiki dan mana yang harus dilakukan.

Urusan mewah atau hedon kami tidak peduli selama hak kami sebagai warga bisa terpenuhi. Itu saja. Kami tahu diri, tugas bupati besar maka resiko jadi besar pula. Untuk itu, saya tidak tertarik bicara politik di Pandeglang. Biar fokus saja menulis dan belajar menulis. Saya bukan siapa-siapa dan belum memberi apa-apa ke kota kelahiran saya, sudah ya? 


Pandeglang 5 Mei 2023   21.24. Japan J-P

Posting Komentar

0 Komentar