Menulis: Dari Resiko Baper dan Ngambek

Menulis dari Baper sampai rindu
Dokumen pribadi

Menulis itu penuh resiko apalagi menulis perasaan atau mengomentari kebijakan politik. Pilihan jatuh ke hal kedua. Dari dulu aku lebih senang menulis apa yang aku rasa, aku pikir relatif mudah. Lebih dari nyaman saja.

Nyatanya yang nyaman melahirkan resiko. Dari baper sampai resah oleh perasaan sendiri. Tetapi aku tidak ingin menyerah, menyerah membuat aku kalah. Biar apapun persoalan harus dijalani. Dengan begitu akan jelas apa aku cemen atau punya ambisius untuk gerak.

Seperti malam ini aku belum juga mau terlelap. Tanpa dia ada yang beda. Dia yang memberi senyum tengah tidak baik-baik saja. Soalnya karena aku tidak mau menuruti inginnya. Inginnya beradu dengan langkahku. Langkahku ingin cepat berjuang agar lebih cepat berhasil.

Pada jadinya terpenjara oleh penjara rasa. Sisi lain asyik dicintai, sisi lain ada beban tersendiri. Semua punya makna untuk memahami. Kamu kemana, aku ingin cerita. Ceritanya kamu ngambek ya, jangan lama-lama. Lama buat aku cemas. Cemas buatku ragu. Ragu memikirkan mimpi yang kita buat.

Selamat malam gelap, jangan tutupi rasa kami ya. Diam boleh asal jangan pergi. Sampaikan ke dia aku harus berjuang dan meraih apa yang udah dibangun. Bangunan tidak guna tanpa ada nilai berjuang. Biarkan aku berjuang!

Aku bukan sedang tidak menghormati keinginannya. Justeru aku ingin mengajak agar sama-sama memahami satu sama lain. Mungkin ada hal yang buat kita tidak setuju, terima saja. Tidak untu kita saling menghindari atau membenci. Biarkan itu bagian kita melihat berbeda ternyata tidak selamanya berat. (**)

Pandeglang, 6 Mei 2023   23.35

Posting Komentar

0 Komentar