Tidur Satu Jam Tidak Enak

Tidur satu jam
Dokumentasi pribadi

Tidak selalu enak berusaha itu. Kemarin malam aku tidur sekitar satu jam doang. Ada tamu datang jam 22.00 dan hujan mengguyur kampung kami. Dingin sekali. Buku ditangan terbengkalai. Menulis pun ditunda baru usai sekitar jam 02.00. 

Efeknya badan terasa lemas, panas gak normal dan sariawan seperti menteror. Aduh, aku tidak baik-baik saja. Mau nulis ga enak, mau baca gak betah, mau shalat pun tidak nikmat, mau makan terasa hambar dan mau senyum pun malu. Senyum ke siapa, masa ujug-ujug senyum. Nanti di kira aku, terlalu rindu.

Padahal ya, Abuya Dimyati dari semenjak usia 8 tahun tak pernah tidur malam. Ilmuwan kesohor sengaja memendekkan jadwal tidur. Kang Abik dilihat dari rutinitas tokoh-tokoh fiksinya bisa dibayangkan gambaran dirinya. Jarang panjang tidurnya.

Aku ingin seperti itu, tapi kini panas dingin. Dingin terasa mencekam. Badan luar biasa lelah. Aku rindu membaca, aku rindu menulis dan aku rindu dia. Aku selalu rindu bertemu Sang Pencipta, aku ingin saat bertemu nanti tidak dalam posisi galau. Aku pun rindu Sang Nabi, kiranya bisakah mencium juga menatap paras indahnya?

Tapi, semua tidak semudah itu. Mungkin itulah hidup. Kita tidak mudah mengejar sesuatu. Berjuang tidak seenak makan baso. Baso enak pun ada proses dan itu bukan tanpa usaha. Ada bahan yang diperlukan dan ada waktu dipergunakan.

Sekarang aku tengah berjuang dan satu malam tidur satu jam. Hasilnya badanku tidak enak. Badanku meriang. Begitu lemah. Aku ingin tidur dan istirahat tapi tumpukkan buku memintaku untuk terjaga. Aku ingin tidur, tapi aku bukan siapa-siapa. Tidur tidak akan membuat aku menjadi istimewa.

Semoga tidur satu jam membuat aku tidak menyerah. Sebab menyerah tidak membuatku semakin maju. Dingin memang terasa, meriang pun begitu kentara. Tetapi masa depan memanggil, "Bangun, bangunlah!"

Pandeglang,  4 Mei 2023    19.09

NB: di sini baru Isya. Katanya harus segera shalat. Kita rehat sejenak. Salam, ya.

Posting Komentar

0 Komentar