Wanita di Masjid Agung dan Laki-laki Sering Selingkuh Katanya

Wanita di Masjid Agung
Dokumentasi pribadi

Siang tadi aku diminta mengantar adik ke Disdukcapil untuk membuat E-KTP, wuih ramainya fuoool. Antrean terus mengular sedangkan waktu menjelang dzuhur. Kamipun segera ke Masjid Agung. 

Daripada menunggu yang belum pasti, toh ada waktu sesudah dhuhur. Lebih baik rehat ke tempat suci. Masjid Agung seperti biasa ramai dengan pengunjung dari berbagai generasi. Muda, tua, sepuh dan lintas profesi. Kelamin pun berbeda-beda.

Setelah shalat berjamaah, wirid secukupnya aku berniat mengobrol dengan Imam Muda yang tadi adzan. Aku cari-cari ke sekitar Masjid gak ada, mungkin masuk ke ruang sekretariat DKM. Mau mengetuk izin masuk, aku masih malu. 

Aku hanya melihat-lihat koleksi buku di sana, saat ingin mengambil, sayang dikunci. Terjaga agar tak terjamah mungkin. Padahal judulnya menarik, dikarang Ulama kontemporer pula. Ah, untuk apa dipajang kalau bukan untuk dibaca. Pelit itu!

Aku pun hanya duduk di beranda Masjid dengan si Adik sambil berbincang. Tak sengaja melihat kesibukan wanita muda dan penuh pesona terbuka auratnya. Tak terlalu jauh dariku.

Dia tidak sadar ada sesuatu yang tersingkap, bisa ditebak lelaki normal mana yang tidak betah melihatnya. Nampaknya hape lebih membuatnya betah, tersenyum sambil sesekali berbincang dengan temannya. 

Ah, dosa, begitu mudah dicari. Sekali pun di tempat suci, titisan Hawa selalu membuat terlena, kepada siapa tak mampu menjaga matanya.

Seketika saya teringat dia, tepatnya percakapan denganya. Jaga hati, kataku. Dia menjawab, kalau wanita Insya Allah mudah untuk jaga hati, tapi bukannya laki-laki yang tidak mudah menjaganya; yang banyak selingkuh itu laki-laki.

Menohok sekali!

Itu memang kenyataan pahit, lebih banyak laki-laki kurang ajar yang hanya ingin enaknya saja lupa kewajibannya. Tetapi, bukannya wanita jua tidak semuanya baik ya. Ada banyak kasus wanita pun selingkuh. Artinya, tergantung siapa orangnya. Selingkuh tidak kenal jenis kelamin. Itu lebih adil.

Kenapa aku bilang begini? Karena gak mungkin terjadi perselingkuhan kalau tidak andil pihak kedua. Pihak kedua itu wanita, kalau dia tahu selingkuh tidak baik kenapa mau saja meladeni.

 Seharusnya wanita pun tegas kalau ada yang mau mengajaknya selingkuh, jangan hanya diam. Kenikmatannya berdua masa ditanggung salah satunya saja. 

Aku pernah tahu orang-orang yang pernah selingkuh dan ada sebagian mereka cerita, herannya kadang karena alasan yang sederhana. Bisa kurang nyaman, tidak betah lagi, tidak asyik hangat atau mungkin karena kurang perhatian.

Bedanya laki-laki kalau selingkuh lebih terbuka dan kurang perhitungan sedangkan kaum wanita lebih terutup dan amat hati-hati. Efek nya pun berbeda. Selingkuh bagi wanita kadang selamat tetapi tidak untuk laki-laki yang memantik perdebatan panas di rumahnya.

Selingkuh ini pemicunya bisa saja komunikasi yang macet dan aktivitas sehari-hari yang membosankan. Sebab, kalau dua hal dimiliki mungkin kebersamaannya akan seramai mereka yang hari-harinya sulit tapi masih tertawa, banyak masalah tapi tetap saling memahami. Begitu seterusnya.

Lebih jelasnya selingkuh bukan soal siapa dan apa jenis kelaminnya, tetapi soal di mana memegang prinsip dan kepercayaan. Sedekat apapun dengan pasangan kalau sudah tidak saling percaya, apa artinya kebersamaan.

Pun sejauh apapun jarak kalau sudah saling percaya, apa yang harus dikhawatirkan. Wong tanpa kamu tanya dia akan cerita dan sudah peka. Itulah harga keterbukaan.

Entah berapa kali aku pernah terjebak di satu kondisi "harus" selingkuh. Tetapi aku menyadari, apa untungnya selingkuh kalau aku kehilangan orang yang mau memperjuangkan dan nyaman dengan diriku.

Awalnya mungkin senang tapi entah nanti saat masalah datang silih berganti. Orang yang suka selingkuh belum teruji kualitas kesabaran dan kelulusannya.

Tiba-tiba aku teringat gadis di Masjid Agung itu, dia memang cantik dan penuh pesona tapi aku belum tahu, apa dia seramah seperti seseorang yang lebih dulu menyapa itu

Jauh memang di sana tapi dia berusaha dekat. Hadir apa adanya dan berusaha menjadi yang terbaik, setidaknya di mataku. Aurat tersingkap saja seperti biasa saja, apa lagi yang luar biasa.

Terlalu banyak wanita cantik yang kutemui tapi aku bingung kepada setiap lelaki yang memuja mereka, tanpa peduli, di sisi mereka ada yang setia menemani dan teruji menjaga rasanya. 

Cantik itu mahal tapi setia itu gratis, setidaknya di mata mereka yang terbius oleh fisik kinclong, iman susut, dan harga diri digadaikan. Kesucian diri semurah harga kendaraan yang bisa jadi rebutan, bahkan bisa cicil pun digadaikan.

Inilah masa di mana kita harus belajar arti sebuah kejujuran. Jujur memahami diri dan mau jujur memahami perasaan siapapun. Kalau kita tahu rasa sakitnya dikhianati, kenapa rasa tahu itu tidak ada aksi? 

Bukankah tahu tanpa aksi itu sia-sia. Seperti siapa mengaku cinta tapi tak mau terbuka. Buka dulu pikiranmu agar dia tahu seperti apa kamu. Berat juga, ya? 

Pandeglang, 4 Mei 2023    01.21

Posting Komentar

0 Komentar