Karena Kita Berharap Izin-Nya

Orang yang menanti sering menanyakan pada dirinya sebuah kata biasa tapi tajam isinya: kapan aku seperti mereka?

Kalau mereka sudah bahagia, kenapa aku dipenghujung harap ini terjejali waktu yang lama. Kenapa aku belum seberuntung mereka? 
Kalimat di atas terus saja ditumpuk sampai jiwa lemah untuk menampunya. Sampai jiwa terasa sesak. Sampai semua harap tumpul lagi adanya.

Lantas, kalau kamu belum bahagia apa semua salah Tuhan?

Di fase ini perlu kiranya kamu memperlebar wawasan. Memperluas paham. Memperbaiki kualitas tauhid.

Kenapa begitu?

Karena kita hamba yang tengah berikhtiar. Tengah menjalani titah-Nya. Hamba yang hanya menurut akan takdir-Nya. 

Kalau mereka sudah bahagia di usia mudanya. Juga telah meminang pujaannya. Itulah jalan hidup mereka. Sedangkan kamu punya cerita lain. Jalan lain. Punya alur yang Tuhan telah rancang. Menangisi apalagi mengutuk etika yang baik.

Jalani apa yang kamu harapkan. Nikmati apa yang Allah berikan. Percayalah, terus membandingkan dengan mereka bukan cara melahirkan ceria di wajahmu. Bukan cara terbaik merumuskan bahagia. 

Mungkin kamu bukan hari ini, mereka hari ini, ada saat kamu akan tersenyum bahagia di momen yang tepat. Itu ada skenario jelas dicatat. Tugasmu menunggu momen itu dengan terus memperbaiki diri.

Semua hamba hanya berusaha. Tetap saja Kun ada ditanganNya. Izin untuk bersama mutlak ruang kuasa-Nya.

Maka untuk kamu yang ingin bahagia, bahagiakan harimu dengan tidak membebani pikiran jelek lagi negatif di mana saja. Percayakan pada Yang Kuasa, karena kita tengah mendayung samudra, sampai atau tidaknya bagaimana pemilik samudra meridhai-Nya. Berdoalah terus, semoga doa permudah akses dia menggondol apa yang dibutuhkan saat kalian seatap nanti. Semangat! []

Pandeglang,  30/3/21    17:58

Posting Komentar

0 Komentar