kamu dan kata



Kenapa suka dengan kata, katamu di suatu pagi yang cerah. Aku yang tengah menatap mentari hanya diam, sesekali menyeruput kopi hitam yang tengah mengepul. Hape yang tergeletak tak jua kusentuh, tanyamu di WA tak kujawab. Entah kenapa, menatap mentari seakan aku menatap masa depan. Mengeja masa  silam, mewarnai hari ini. Betah berlama-lama.

Kemudian, tanya lagi dan rengekan manjamu tak bisa lagi aku abaikan. Kamu terlalu spesial untuk tak dihiraukan.
Dengarkanlah, kamu yang tengah merindu di sana...

Kata itu kamu. Kamu yang selalu lahirkan imajinasi. Kamu yang coretkan cerita perihal apa yang gugurkan angkara. Tak peduli seberapa gelap dunia, kamu tetap ada dan bagi ceria.

Katamu kenapa aku suka, karena itulah daya tarik. Berhenti menyukai adalah luka. Luka yang tetap menganga meski ribuan rasa mengisi jiwa. Goresanya tetap ada tak peduli kita tutup dengan sesuatu yang baru menyapa.

Maka aku takut, takut sekali, menghapusmu akan membuatku amnesia lantas terjebur di samudra sunyi tanpa ada tawa lagi ceria. Aku takut, tak menjalan hari tanpa kata akan menggoncangkan gunung cita dan langit asa yang telah aku pahat di jejak kaki masa.

'So sweet', itu katamu  dengan emtion hati yang terserak di WA.

Ya, kamu yang kini tengah tersenyum mengeja kata dan merenungan kejujuran kalimat ini. Demikian seharusnya, senyummu bisa menambah cerah mentari dan warna di hatiku yang ingin tetap ceria. 

Maka kumohon, tetap jadi dirimu. Aku akan tetap jadi diriku. Kamu itu kata, nanti aku yang akan menggoreskan diksi indah agar dunia tahu bahwa mayapada tak selegam mereka yang terluka. Tak sejahat mereka yang apatis. Tak sejelek mereka yang putus asa. 

Kubalas chat-mu: terima kasih Pemilik Masa hadirkan kata dengan dia di jiwa! []

Pandeglang,    10/6/21

Perindu kamu,

Mahyu An-Nafi

Posting Komentar

0 Komentar