Tulisan Tidak diterima Media, Dia pun Sukses

Kalau kalian berjalan di dekat kota Pandeglang, pastilah tahu dimana letak pasar Pandeglang-- salah satu pasar terbesar di kabupaten itu. Masukklah ke sana, turun ke tangga pangkalan angkot Cadasari dan tak jauh dari sana ada pedagang yang setia membaca dan menulis. Entah apa yang ditulis, dia sok idealis di tengah keramaian pasar atau mungkin dagangannya saja yang sepi. Hehe
Posisi tokonya tepat di dekat tangga. Di sanalah beraktivitas dengan aktif melakukan hal untuk menyuburkan apa yang ditanamnya.

Pernah di suatu waktu lelaki itu bergitu ambisius menjadi penulis esai, opini, artikel di media online. Karena diberitahu caranya dia pun nekat mengirim tak sedikit tulisannya via e-mail. Lalu apa diterima? Tidak. Tak ada satupun karyanya yang lolos. Hanya say hallo dari meja redaksi menyapa. Padahal dia berharap kalau saja lolos akan ikut membantu pemasukan isi dompetnya, juga untuk menunjang semua citanya. Terpenting untuk memberi kebungahan pada ibunya. Tapi jalan takdir berkata lain, hanya tulisan di media dakwah yang lolos. Artinya free di sana. Ya mau gimana, mengecewakan memang, demikian takdir tak selalu sama dengan kehendak kita. Mungkin dari sana akan ada pelajaran yang bisa dipetik, tinggal pola pikir saja yang perlu dibangun.

Gagal atau Belum Berhasil

Untuk jadi sesuatu yang besar, kamu harus bisa menikmati hal yang kecil dulu. Tanpa kamu sadari yang besar selalu berasal dari yang kecil. (Mahyu An-Nafi)

Pasca tulisan-tulisannya yang gagal dan belum ditengok oleh para media, lelaki itu mulai goyah. Memang pernah adeknya memberi semangat bahwa apa yang terjadi itu biasa. Kenapa tidak lolos, katanya, karena banyak saingan. Sedangan para saingan itu sudah teruji kualitas tulisannya. Beda antara amatir dan senior, artinya di sana terlihat gap yang nyata, lantas kenapa harus galau memikirkan hak itu? 

Memang ada benarnya juga. Kebanyakan orang amatir itu terlalu percaya diri dengan apa yang dia bisa, merasa sudah mahir dari satu bidang padahal belum teruji. Saat ikut dalam event, nyata karyanya gagal dilirik dia marah. Sebabnya dia merasa besar dan kebesaran dia tak ada yang mengakui karena pikiran subyektifnya. Inilah problemnya sehingga mewarnai drama kolosal yang menjemukkan. 

Dapat dipahami di sini bahwa kegagalan bukan berarti gagal dalam arti harfiahnya. Gagal bisa jadi hanya definisi harapan yang masih terbuka. Harapan yang bisa lolos. Bukan pikiran pesimis yang ditonjolkan, tetapi positif thinking wajib dihembuskan di segala keadaan. Ada selalu masa yang gelap dan saat itu bukan waktunya kita cemas, seharusnya kita berpikir bagaimana menemukan cahaya yang bisa menyinari masa yang gelap tersebut.

Nanti dan Optimisme

Untuk bangkit dari hal yang mengenakan tak selalu usah, tinggal usaha dan langkahnya seperti apa. Banyak orang takut dengan kegagalan dan fokus pada hal itu sehingga tak tersisa rasa besar diri. Andai dia mau membuka wawasan dan melebarkan pemahaman diri betapa dunia ini begitu lebar. 

Coba pikirlah kalau seandainya Newton gampang menyerah dengan kegagalan mungkin dia tak akan menemukan teori gravitasi. Alfa Edison sampai sukses menemukan lampu pijar setelah lebih 1000× gagal. Coba apa yang dia katakan pada rekannya, "oh, kita tidak sia-sia melakukan penelitian lebih dari 1000×, karena setiap kita bisa belajar dari satu kegagalan itu". Begitu membumi dan enak di dengar. Entah kalau kita ada di posisi itu, mungkin lain ceritanya.

Seperti yang saya katakaan bisa jadi kegagalan lelaki itu awal indah. Buktinya sekarang dia telah menikmati apa yang ditanamnya. Usaha kembali berputar, tulisannya mulai dilirik media, dan kesibukan telah bersahabat dengannya. Itulah harga sebuah langkah dan usaha.

Jangan dilihat sekarang tapi bagaimana nanti sejarah punya catatan lain. Hal terpenting optimisme tetap harus hidup dan dipelihara karena itulah bahan bakar kehidupan. Tanpa itu mungkin akan redup sebelum masanya. Kalau tidak mau, maka tetap lakukan hal terbaik untuk masa depan yang lebih baik. Wallahu 'alam. (*)

Pandeglang,  1/7/21

Mahyu An-Nafi

Posting Komentar

0 Komentar