Sulit Memiliki Mobil, Katanya...

Dedi Corbuzer orang yang disebut kebal korona, ini dikatakan dokter Tirta. Tapi baru ini dia mengakui telah terkena virus korona berjenis sitokin. Sempat kritis. Beberapa hari di rawat mandiri, ditemani dokter di rumahnya.

Alhamdulilah. Kini dia sudah sembuh. Sebagai wujud terima kasihnya, ia memberi mobil anyar pada dokter yang telah mengobati juga merawatnya. Betapa dermawan juga baik hatinya. Sampai dipublikasikan di kanal medsos. 

Wuah, pokoknya.

Terus, dimana salahnya?

Hal ini mengingatkan saya pada ucapan nenek saya di sore yang ramai. Ketika itu si kecil ponakan saya selalu histeris melihat mobil lewat,

"Ges, moal bakal kamilikan." Padahal disanggah tetangga saya, "ari milik mah te kituan". Nenek saya tetap kekeuh, gak bakal kayaknya.

Mengingat itu justru saya tertegun. Apakah hari ini bisa jaminan masa depan? Memang benar sulit membeli mobil, tapi bagi siapa. Saat Allah buka jalan-Nya itu amat mudah.

Buktinya ringan saja bagi seorang Dedi Corbuzer memberi mobil baru. Karena ia punya dan hartanya ada. Kita bisa bayangkan kalau tiap orang yang kini nasibnya belum ideal di sana, sedangkan orang kayanya macam Dedi, mungkin pemulung juga peminta-minta akan sirna di jagat nusantara.

Atau elit dan pemegang kuasa bangsa punya jiwa peka macam Dedi, mungkin angka kemiskinan dan putus sekolah tak akan terlalu digit angkanya atau koruptor makin langka ditemui di segala lini.

Andai saja.

Pastinya banyak yang iri kalau lihat hidup dan terus lihat aktivitas medsos tanpa ada makna apapun. 
Saat banyak yang menahan lapar, kita mudah saja temui orang membagikan  momen makan bersama di restoran mewah. Betapa itu buat ngiler lidah dan rasa, tapi mau gimana kenyataan tak sama. 

Ngomongin kepekaan, apa itu hanya  alat nyari sensasi atau menambah pujiaan diri. Tetap saja, yang gak punya uang di hina dan yang punya uang jadi dewa. Di mana saja sama. Media pun hanya pamer itu semua. Esensi sesungguhnya hidup pun terlupa untuk apa. [ ]

Posting Komentar

0 Komentar