Mencari Jalan Kembali Pada-Nya

Segala puji bagi Allah, Pemilik alam semesta dan Pengatur akan nasib hamba-Nya. Shalawat selalu dihaturkan pada pembawa risalah cinta, nabi mulia, penutup para nabi mulia ialah Rasulullah Muhammad shallahu 'alaihi wa sallam. Salam cinta itu moga sampai pada para ahli bayt, para sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in, dan kepada seluruh Insan yang bernaung dalam kalimah tauhid, Laa Illahaa Ilallah Muhammadur rasulullah.

Sekarang aku sampaikan padamu yang membaca, sudahkah shalat telah menjadi pelipur lara akan kenyaataan hidupmu?

Apa bacaan ayat suci telah melekat indah di lisanmu?

Karena hari ini, kita menjalani hari yang berbeda. Jauh dengan masa Para Pecinta Hakiki yang memilih jalan lurus penuh onak duri, tetapi tetap gagah menerjang badai ujiaan. 

Bumi yang luas terasa sempit bagi kerdil jiwanya. Gelap bagi yang jauh dari rahmat-Nya. Menjemukkan bagi yang lalai akan segala syariat-Nya.

Kalau kita masih merasa cemas akan hidup dan nasib masa depan, maka sepatutnya kita meraba iman dada. Kenapa kobarannya tak terasa, kenapa nyala sejahteranya belum menyentuh, mungkin ada yang salah dengan kita.

Ilmu-Nya menaungi dan tersebar di jagat raya. Tak ada yang luput dari kuasa-Nya. Segala cemas kita bisa saja batu ujian. Adapun kenyataan yang kita nyinyiri terselip hikmah. Mutiara terpendam. Hanya saja kita memilih abai akan maknanya.

Kita merasa besar, merasa mampu menyelesaikan apapun. Padahal kita bukan siapa-siapa dan lemah di hadap-Nya. Apa yang hari ini banggakan, esok di bawah kekuasaan mahkamah  yaumil ba's hanya kerikil macam atom yang kita pun sangsi melihatnya.

Kita yang hari ini memilih lalai dan pura-pura tak mendengar seruan pecinta-Nya. Sibuk menumpuk harta. Sibuk mencari celah naik jabatan. Sibuk tebar pesona di mana-mana.

Ingatkah hai kawan! Saat pemutus kenikmatan ada di sebelahmu maka apa-apa tiada guna. Kesombonganmu itu jadi cambuk yang menyengsarakan. Awal dari tragedi menyedihkan. Apa yang kamu tertawakan itu jadi rentetan luka di dada.

Kembali pada-Nya bukan sekedar ganti busana. Bukan sekedar menampilkan simbol agama agar disebut taat. Semua harus berawal dari niat tulus, kebenaran tekad, dan langkah yang terukur.

Ada esensi nyata dalam ruang kenyataaan. Taatmu jadi lampu ketentraman. Ibadahmu jadi kenyamanan di jiwa.

Kembali pada-Nya ialah proses mencari juga memperbaiki. Tak hanya teori belaka. Allah pemilik semesta tengah memberi kesempatan pada kita agar menyadari siapa kita. 

Dunia dan isinya itu ujiaan. Akankah kita pilih jadi ladang untuk mendekat pada-Nya atau jadi tujuan hidup yang mengahancurkan bangunan akherat abadi.

Wahai teman, mari kembali meyusuri jalan cinta dan merenungkan untuk apa Allah memilih kita jadi khalifah fil ard. Jangan lalai dan terus cemas, karena hidup adalah perjuangan yang akan di minta pertanggung jawaban di masanya nanti. Wallahu 'alam. []


Pandeglang,   20 september 2021


Posting Komentar

0 Komentar