Ragu: Antara Mengikuti dan Tidak

Tim UAH Official tengah mengadakan perlombaan karya Ilmiah tingkat Nasional. Untuk menghormati Hari Santri di tanggal 22 Oktober nanti. Saya tahu dan tengah memikirkan untuk ikut di sana atau tidak. Saya masih ragu. Ada hal yang buat saya berpikir lebih.

Bukan hanya takut kalah. Kalah-menang dalam sebuah kompetensi itu biasa. Yang luar biasa bagaimana pasca berlomba tetap ada kesetiakawanan. Apalagi yang merasa sudah menang sebelum bertanding, biasanya kemarahan ditonjolkan.

Di sisi lain cukup menarik ide yang tengah di sasar tim UAH, bagaimana pun kita tak bisa menutup kemungkinan akan gerakan Islamphobia dan terkait orang yang terus menutup eksistensi santri di sektor perjuangan nasional. Gerakan masih dan struktur ini ada sekalipun tak terlihat.

Kasus Muhammad Kece yang berani memperolok Syariat dan Nabi bisa jadi gambaran betapa tipikal orang yang kurang bersahabat dengan Islam, padahal dia Islam dan besar di lingkungan Islam. Kedangkalannya pada Islam patut jadi perhatian, apa itu benar adanya atau pura-pura untuk memancing kemarahan Ummat agar "membenarkan" Islam yang fudamental aslinya.

Sehingga kita dikagetkan dengan sikap Irjen Pol. Napoleon Bonaparte yang menganiaya si Kece sampai bonyok lalu melumuri tubuh lemah itu dengan kotoran manusia.

Ada apa dengan tahanan yang cokok KPK itu?

Dengan tegas ia katakan dalam surat terbukanya bahwa ia menerima dirinya di hina, tetapi tidak saat Nabi-Nya, al-Qur'an, dan Islam di lecehkan. Islam yang penuh rahmat tak mengajari dia begitu. Karena itu, katanya berbahaya untuk keutuhan negeri. Tetapi dia tidak lari dari sikapnya, ia siap mempertanggung jawabkan semuanya.

Sebuah sikap tegas dan berani. Lahir dari cinta pada agama yang dia yakini. Wajar, kalau ada aktivis Muslim memuji sikapnya walau keluar dari aturan yang ada. Begitulah seharusnya sikap kita kalau agama di hina.

Akan tetapi ini paradoks dengan kenyataan akan dirinya yang secara sadar menyelewengkan amanahnya di institusi Polri, bukankah itu merugikan bangsa dan lama-lama bisa meruntuhkan keutuhan bangsa?

Lagian sikapnya, apakah itu citra Keislaman yang penuh rahmat? Setuju atau tidak, Kece sudah ditangkap Polisi dan kasusnya tengah digodok. Artinya secara hukum negara dia mendapatkan konsekwensinya. 

Apa tidak dzalim kalau Pak Napoleon yang bukan petugas aktif melakukan hal di luar wewenang hukum?

Wajar dan beralasan banyak aktivis HAM menyayangkan sikap barbar dari sikap Pak Napoleon. Saya sendiri mengapresiasi niat baik yang dia katakan, namun menyayangkan pula bahwa apa yang dia lakukan pada Kece itu tidak seharusnya terjadi.

Kita harus tunjukkan moral yang baik. Akhlak yang benar pula pada siapa yang anti dengan gerakan Islam. Memang tidak mudah menerima kenyataan akan penghinaan pada Islam, agama yang kita pegang dan cinta sepenuh hati ini dikatakan di luar batas. Bagi saya, inilah momen yang pas untuk kita tunjukkan akhlak Islam yang rahmah bagaimana. Bukan sekedar teori dan kata-kata.

Tapi ya itu, saya masih belum yakin akan menuliskan ini. Wallahu 'alam.[]


Pandeglang |  22 September 2021

Posting Komentar

0 Komentar