Ketika Nikita Mirzani Membicarakan Sisi Pelacur: Kritik dan Potret Kelam Sosial

Potret dari Tribunnews

Siapa yang tak kenal Nikita Mirzani, selebriti papan atas yang kerap kali tampil seronok dan bersikap kontroversi. Di belantika dunia perfilman, dirinya seringkali nongol sebagai pemain panas nan menggoda. Tetapi wawancara live-nya bersama PSK muda menyentuh jiwa kotor ini.

Pastinya tulisan ini tidak sedang membicarakan Nikita, fokusnya pada esensi mewawancarai PSK tersebut di akun YouTube-nya. Betapa tersentuh jiwa saya perihal latar belakang terceburnya wanita itu kenapa bisa ke lembah hitam nan dina.

Dia masuk dunia malam bukan tanpa sebab, bermula saat rumah yang harusnya bisa menjadi naungan cinta menjadi neraka dunianya. Dari usia SD sudah mendapat pelecehan--- bahkan yang tragis pemerkosaan dari bapaknya kandung sendiri.

Heem, bapak kandungnya sendiri!

Bapak yang seharusnya menjadi tumpuan dan penjaga kehormatan keluarga itu menjadi hantu menakutkan juga monster utama kerusakan kehormatan anak gadisnya di usia yang masih merah. Ngeri sekaligus keji.

Tak hanya pemerkosaan berulangkali diterima, penyiksaan fisik turut diterima gadis malang itu. Sundutan rokok misalnya, masih membekas di kaki dan tubuh itu, bahkan di area sensitif mister V-nya luka sundutan itu masih ada. Begitu akunya. 

Nikita dibuat merinding dibuatnya, anggapnya mungkin: ada ya sosok bapak macam itu di abad 21? Kirain, hanya ada di cerita-cerita film dan dongeng, tahunya orang di depanya salah korban keganasan nafsu iblis bapaknya.


Hal itu berpengaruh pada mental anak gadis itu,  seringkali emosinya tidak stabil. Sudah diperiksa ke psikolog namun belum menemukan perubahan signifikan. Tak lain, karena dia memendam derita dan penodaan sendiri. Orang terdekat yang tidak bisa meraba penderitaan mentalnya malah memberi stempel gila atas sikapnya. Lengkap sudah beban hidup gadis belia itu.

Dia pun kabur ke kota besar atas saran seseorang yang peduli atas nasib pilunya. Siapa nyana, di kota besar dia harus menjadi sapi perah lelaki hidung belang. Di usia yang masih unyu-unyu, dia bukan tengah main tik-tok tapi berkelahi siang-malam di kasur melayani lelaki "lapar" dan "sunyi imannya" demi bertahan hidup. Kadang 10, bisa digilir 20X sehari.

Ada banyak peristiwa dan kejadian yang dia hadapi, terlepas dari itu menginsyafi bahwa apa yang dia lakukan salah. Maka di usia 15 tahun ini dia tengah mengikuti ujian kesetaraan formal, paket C.

"Memang kamu ingin kuliah?" tanya Nikita. "Terus di mana kulihnya?"

"Pengen Mbak! Di mana saja asal bisa kuliah." Jawabnya antusias.

Melihat raut ceria gadis itu, Nikita dibuat tertegun, diapun menawari akan membiayai biaya kuliah si gadis malang itu. Gadis itupun menangis haru dipelukan hangat Nikita Mirzani. Gadis itu potret suram ruang sosial kita, dan satu di antara ribuan wajah keji kemerosotan moral. 

***

Gimana perasaanmu membaca cerita dia?

Perlu kamu tahu, ini bukan prank apalagi akting demi rating belaka. Gadis itu nyata dan dia melewati masa perihnya sendiri. Kita tidak sedang membenarkan laku melacur, apapun jenis dan rupanya. Itu salah dan pastinya dosa.

Tapi teman-teman, sebagai manusia mereka yang sekarang terjerembab di lumpur hitam pun punya hak untuk menemukan bahagianya. Dengan cara baik dan benar pastinya. Kita tidak cukup mencaci dan terus menghujamkan hinaan pada mereka. Akan jauh penting memberi solusi jelas kepadanya agar keluar seutuhnya dari dunia pelacuran yang merenggut kemerdekaannya sebagai manusia.

Tidak hanya bicara, justeru aksi cepat tanggapa terhadap mereka amaat dibutuhkan. Apa yang di curhatkan PSK gempal itu menjadi bukti bahwasannya betapa kemakmuran dan kesejahteraan di bumi nusantara msih menjadi janji politik belaka. Lima tahun hanya jadi pengulangan janji tanpa ada konsekwensi hukum melalaikannya.

Pastinya ini tugas negara belum tuntas mengayomi nasib tumpah darahnya dan kita sebagai sesama manusia belum memiliki kepekaan sosial. Betapa banyak orang sekitar membutuhkan uluran tangan kita, tetapi kita masih egois tak memperdulikan nasib, yang ada fokus diri dan keluarga kita saja. 

Padahal kata nabi, sesama muslim itu seperti tubuh. Saat satu anggota tubuh terluka maka anggota lain akan tersakiti. Nah kita, sudakah merasakan luka kaum termarginal itu? (***)

Pasar Pandeglang diguyur Hujan 11/6/22 13.37 




Posting Komentar

0 Komentar