Kau Tidak Lagi Sama

Di saat gegap gempita pernikahan teman kita, aku dan kau ada di sana. Terpisah oleh meja dan wajah penuh ceria. Ada sesak di dada, saat kau diajak satu boncengan menolak dengan ramah penuh misteri.

Tak lama, ada sesosok wajah tak asing. Lelaki bersarung. Tersenyum manis. Dia datang menjemput, ada teka-teki di sini tetapi terjawab.

Hmm, ternyata dia!

Lagi, aku harus kalah oleh kenyataan. Untaian kataku, ribuan pujianku tak mampu juga menyingkirkan dia di dasar hatimu. Dia yang kau harap, sekarang tetap akrab. Sedang aku, tetap sudah menerka arah nahkoda rasa di jiwa.

Kapan aku menyerah? Kapan aku menerima kenyataan bahwa kau tidak lagi sama seperti dulu. Saat sama-sama kita mengeja mimpi. Saat seragam kita sama; biru putih. Seragam itu tidak lagi sehangat dulu.

Dari sini, aku menawarimu--meski di hati--- gimana kiranya kita pulang bareng?

Aku malu. Biarlah semua hanya jadi imajinasi. Lelaki miskin sepertiku biar kalah oleh kenyatan. Di tertawakan kekayaan. Sudah ya? Selamat bahagia. []

Posting Komentar

0 Komentar