Aku Hanya Ingin, Hanya Itu


__
Bacalah dengan hati,
agar kau tahu aku

baca dengan teliti
agar kau tahu hatiku
____
(Mahyu An-Nafi, Sepotong Luka Arima:  2023)

Aku tahu siapa dia. Aku pun tahu siapa aku. Kami sama-sama manusia. Punya rasa, cerita juga cemburu. Aku makan nasi mungkin dia juga. Tidak usah juga membandingkan. Biarkan aku hidup dengan rasaku. Biarkan aku bertahan dengan mimpiku. Tidak ada soal dia lebih baik. Lebih sempurna misalnya.

"Dia memanng beda," katamu.

"Sorot matanya membuatku tak berkutik. begitu manis. Bersahaja."

Aku hanya jadi pendengar yang baik. Sebenarnya pura-pura baik. Kamu tidak tahu ada sesuatu yang membakar. Lama-lama bisa meledak. Sesuatu tersembunyi. Nyata adanya.  

Nampaknya aku harus kuat. Berusaha bertahan. Meskipun sudah berjuta kali sinyal telah kuberikan. Kamu terlalu buta melibatkan hatimu untukku. Ya aku!

Kesal  juga. Apa sih istimewanya dia. Oke, secara fisik dan otak mungkin lebih. Apa itu cukup? Selama ini yang lebih memperhatikan keadaanmu itu aku, bukan dia.

Ke mana dia saat kamu terpuruk. Ke mana dia saat kamu terjatuh dari mimpimu. Ke mana saat hatimu terluka dengan kenyataan tulisan-tulisanmu gagal di muat. Dia, ya dia, baru hadir saat namamu dikenal. Puluhan penghargaan kamu dapatakan. Sedangkan aku seperti dibuang begitu saja.

"Makasih ya. Kamu memang sahabat yang baik," katamu sepulang mengajakku hadir di acara hari Puisi dunia.

Sahabat? Ya Allah, apa itu cukup. Bertahun-tahun aku membangun rasaku, nyatanya dianggap sa-ha-bat! Sakit hatiku. Nyeri dadaku. Ini begitu nyata.

O, ibu. Apa anakmu tidak pantas memiliki curahan dia!
Ibu, dia sempurma di mataku, kenapa di matanya tidak!
Ibu, apakah cinta soal indah saja. Soal cantik saja.

Kenapa, kenapa harus sekarang! Aaaah....! A-ku ingin pergi saja. Menyepi dari kemolekan parasamu. Keindahan tutur katamu. Walaupun ragu, apa aku bisa!

"Eh, dia tadi chat aku, loh. Seru orangnya.  Katanya dia suka baca tulisanku, Dia juga nanyain kamu. Semoga cepat dapat jodoh katanya. Jangan lama-lama jomblo. Hahahaha. Itu kata dia. Jangan marah ke aku!"

Hemm, tega banget. 

Coba kamu ada di posisi aku. Wahai pembaca, aku harus gimana. Apakah salah mencintai orang yang belum memiliki rasa apa-apa padaku? Mungikin aku terlalu kekanak-kanakan. Buat apa aku marah. Dia kan tidak tahu rasaku. Tepatnya, tidak mau tahu tentang rasaku.

bolehlah aku berkunjung
ke samudra rasamu
biarkan aku di sana sepuasnya
menikmati dan menenggelamkan jiwaku.

Aku terlalu takut
samudra rasamu terjadi tsunami
meluluhlantakkan dirimu
amburadul semuanya
karena dia, di sampingmu!

mungkin aku pecundang
mungkin aku egois
mungkin aku anarkis
yang perlu kamu tahu,
aku begini karenamu
kenapa kau tak tahu
ada seseorang yang setia menantimu
di kegelapan malam
mengeja namamu dalam munajat panjangnya
(Sepotong Luka Arima, hal 19, 2023)

__
Semoga kamu tahu. Ada aku yang tak lelah menunggu dan sakit melihatmu tersenyum untuk dia.

Serang, 3 Maret 2023

dariku,
seseorang yang tak kau hiraukan.

Posting Komentar

0 Komentar