Dehidrasi di Sinarnya Mentari

Dehidrasi pagi


Bangun pagi rasanya siang sebabnya mentari menyapa lebih dulu atau bersamaan dengan terbukanya kedua mata. Mata siapa? Mata yang malamnya lalai dan paginya tidak jadi lalai. Ada juga yang malamnya tidak lalai paginya jadi lalai. Aku malu pada sinarnya, malu mengakuinya.

Mungkin itu sebab dehidrasi, kehausan. Hausnya kurang makan atau kurang minum. Makannya manusia atau bukan setan. Setan kadang makan seperti manusia, bisa saja barengan dengan manusia. Manusianya makan terus tidak baca doa, doanya lupa. Nimbrung makan itu setan dan konconya.

Setelah dehidrasi maka harus minum. Minumnya air diambil dari sumbernya, bisa jadi beli dari warung terdekat. Sebagian orang utang di tetangga tidak selalu dekat, merasa dekat dengan utang. Begitulah aktivitas pagi bagi siapa yang merasa tidak pagi.

Semangat pagi yang tengah berbaring di sana, tengah berjuang melawan ujian iman. Ujian yang meringis menahan panas dingin juga batuk pilek terasa. Mungkin juga menahan hal lain yang biarlah ia yang tahu. 

Pagi mungkin merenggut semangatnya seperti aku yang tengah memikirkannya pula, di sini, di rumah Emak belum di di rumahnya. Rumahku dan rumahnya memang jauh, sejauh mimpi kami dan mimpi yang punya mimpi. Di sekitaran kami ada orang, semoga lekas sembuh manis! Jangan lama-lama, biarlah yang lama kebersamaan kita, bukan sakitnya.

Pagi itu rentan, tepatnya diameternya bingung. Bagi yang punya profesi kadang malas beraktivitas karena keseringan. Yang tidak punya profesi lebih kesal lagi karena kebingungannya kuadrat. Meskipun kesal dan malas tetap saja hidup harus dijalani dan hadapi, menyesali bukan solusi. Betapa banyak yang hidup belum mati tapi jiwanya seperti mati.

Ada emang? Ada banyak gak pake emang. Emang itu tidak pasti. Sedang hidup dan mati itu urusan pasti. Bersukurlah bagi yang memahaminya. Berpikirlah bagi yang jadi lalai. Kita lihat dari data angka bunuh diri hampir di setiap negara pasti ada. Apalagi di negara maju persentase warganya bunuh diri cukup tinggi, padahal maju padahal serb ada.

Itulah persaingan!

Sinar mentari makin meninggi, waktu duha sudah tepat menanti bagi siapa yang sigap menyambutnya. Pertanyaannya, maukah atau sudahkah salat duha menjadi rutinitasmu? Kalau belum, kuy coba, semoga berkah biar tidak dehidrasi iman dan jiwanya. (***)

Pandeglang, 9 Mei 2023     07.37

Posting Komentar

0 Komentar