Tetap Sama


__________

Masih sama dan tetap sama, menatapmu di sini dalam kesendirian. Mengikuti setiap katamu. Mengintip setiap coretanmu. Menanti hari kapan hari berganti agar luapan rasa bisa terobati.

Bodoh memang memasrahkan harap pada jalan takdir, menunggu kapan kiranya kamu menyapa lebih dulu, kamu membuka harap tanpa harus aku memaksakan diri mengungkap. Ah, walau itu sukar!

Setahuku kamu sosok yang cuek dan tak peduli dengan ritme keramaian. Sampai aku dibuat galau bagaimana cara mematahkan semua yang terserak di atma jiwamu, sampai aku greget, 'Tuhan, kenapa dia harus cuek, sih'. 

Aku bersyukur, pena-mu tidak  tumpul. Dari sana ada rinduku terobati-- sesekali emosi jua, siapa sosok kerudung hitam nan manis yang sering kamu ceritakan itu. Aku tahu, itu bukan aku dan pasti bukan, karena diriku tak semanis lagi menarik itu... kenapa sih harus selalu dia?! Tak terasakah ada aku di sini, seseorang yang selalu menanti!

Mungkin akan tetap begini, akan tetap sama, menyemai asa yang tak beda: memupuk ketidakpastian agar tumbuh kepastian. 

Lelah pastinya, tapi ini menyenangkan. Detik yang berganti memberi arti sebuah mimpi bahwa rasa yang tumbuh tak pernah sia-sia. Tak apa kamu tak tahu, asal kamu tetap ada dan bisa mewarnai jiwaku karena di sana aku bisa tertawa mengejek mentari yang tiap hari sendiri meluapkan kemarahannya pada bumi.

Meski tetap sama, ini sungguh punya makna. Jangan tanya kenapa, karena kamu pun tak mungkin peka. []

Pandeglang,  3/7/21

Mahyu An-Nafi

Posting Komentar

0 Komentar