kamu dan Kacamata

Boleh aku tahu, siapa namamu?

Atau, boleh aku tahu siapa kamu sejatinya?

Dari kahyangan-kah turun untuk menyapa penghuni yang gersang?

Dari petala langit atau bumi kamu berada, hey, kamu yang tak aku tahu.

Kamu kok terlalu pendiam; kamu kok terlalu abai; kamu kok terlalu dingin-- sedingin kenyataan yang belum satukan kita.

Tapi aku senang, melihatmu. Rok yang kamu pakai indah dan sederhana. Kacamata yang pas di mata. Rambut terurai laksana air terjun di puncak gunung permai. Atau di astana raya yang kutuk para pendusta cinta atas syahwat belaka.

Matamu indah dengan tirai hitam menyengaja, seuntai alis penuh warna. Meski di sana, tak ada segurat senyum yang hiasi semesta.

Pada siapa aku sampaikan?

Pada Sang Bayu, 
dia lupakan selalu

Pada Sang Banyu,
dia hanyutkan di telaga

Aduh, aduh, pada siapa dan apa aku sampaikan..

Yang jelita di sana, 
Enyahkan, aku mohon. 
Ini dosa, tak seharusnya aku begini.
Pesonamu pudarkan rasa dan asa
Tak ada sapa, kamupun pergi tanpa kata.

Ya, sudah, aku juga ingin acuh saja. (*)

Mahyu An-Nafi |  14 Agustus 2021

Posting Komentar

0 Komentar