Kamu, Masker dan Tatapan

Ilustrasi kamu (sumber: internet)

Dalam langkah yang berisi bingung, di labirin penuh tata itu, aku tersentak oleh tatapan sosok yang aku tahu dan tak kenal.

Ya, sosok yang aku temui di musolah. Tatapan yang ceria, langkah yang cepat, dan pancaran harapan.

Di sana, aku menemukanmu. Sosok yang sekejap mata aku lihat dan begitu saja terbesit harap: duh Allah, apakah ia separuh jiwa yang belum ketemu?

Segera aku tersadar, bisa jadi angan itu hanya sekelebat harap tanpa rasa. Sepanjang larinya waktu, akan hempas oleh harap.

Tapi kemarin, aku kembali menemukanmu. Kamu yang amat aku harap dalam sebaris doa dan harap. Kamu yang aku harap bisa kecup wangi surgawi. Kamu yang bisa menemani langkah dalam tapak suci kalimat juang para pahlawan.

Dapatkah kamu rasakan getaran itu?

***


Dalam langkah lain, akupun bertemu lagi dengan kamu di tiga waktu yang dekat.

Masih lekat dalam tatapan, kamu yang menunduk dengan sayu, merah tersirat dan secuil senyum yang samar. Aku tidak tahu, apa itu diarahkan padaku atau siapa yang lihat parasmu?

Yang pasti, ada getaran aneh terasa. Kenapa di waktu bersamaan Allah Maha Baik hadirkan dua jelita di mata?

Apa ini akan sama dengan yang lain; menyapa, menetap dan lari untuk alibi sumir. 

Tak peduli ada goresan menganga, pergi saja. Pergi untuk satu hal dan lain hal. Memilih melangkah.

Sungguh, aku takut. Mengulang apa yang terjadi. Meski aku percaya, inilah titian hadir dari lelaki yang belum berani memastikan kebersamaan.

 Kemana dan harus gimana aku bersikap?

Posting Komentar

0 Komentar