Saat dicemooh: Menyoal Jodohmu!

Kata orang jodoh itu potret lain diri kita. Dia tak akan jauh dengan kita. Dia bisa jadi bagian dari kita. Sebab jodoh itu bagian jiwa kita.

Namun, akan kenyataan itu, kenapa harus kita kejar?

Kejar sebenarnya kata yang kurang sopan ya. Kenapa? karena untuk apa ia kita kejar kalau selama ini ia belum kita kenal, temui, dan dia (jodoh) bagian dari rahasia.

Dikatakan rahasia, dia punya selempang tabir yang mengikatnya. Sejatinya, dicari atau tidak ia akan datang.

Akan tetapi, pencarian itu bagian dari sifat kemanusiaan. Langkah kita mencari ia bagian dari ikhtiar yang Allah anjurkan. Segala sesuatu perlu cara, metode, dan jalan.

Jalan inilah kenapa harus mau melangkah. Seperti seorang nahkoda kapal yang ingin menuju suatu wilayah maka ia perlu lalu lintas untuk mengantarkannya pada apa yang dituju.

Maka akhir dari usaha itu: mendapat atau tidak bukan ukuran, tetapi langkah yang dilakukan bagian dari proses. Itu sejatinya kepuasaan.

Masalahnya, saat "belum mampu" kenapa harus dipaksakan?

Banyak kasus terjadi orang menyesaali pernikahan karena terlalu "memaksakan" kata orang daripada melihat kenyataan diri. Alih-alih merenung yang ada terobsesi oleh sodoran kata orang, yang belum tentu ada benarnya.

Kalau mampu, kenapa tidak?

Iya, kenapa tidak. Setelah kamu perhatikan kemakmuran dan beban di pundak orangtuamu. kalau belum, pikirkan dan mulailah memotret kenyataan orang yang 'mengeluh' karena lalai pada jerit hati orangtuanya.

Dan semua ada masa dan waktunya. Jangan lelah melangkah. Jangan putus asa oleh caci dan cemooh mereka.

Hidup bukan tetang mereka, tapi kamu dan dia. Mulailah melangkah dari prinsip dan niat yang baik, bukan sekedar terpaksa. (*)

Posting Komentar

0 Komentar