Kita Bukan Musuh, Kita Hanya Beda Pandangan

Kata orang kita musuhan. Cirinya karena kita beda pandangan. Seringnya  kita terlibat perdebatan jadinya menganggap bahwa itu adalah bentuk dari permusuhan amat nyata.

Padahal, tidak semua yang dikatakan orang itu benar adanya. Itu salah dan itu memang salah. Yang perlu kita lakukan menunjukkan bahwa perbedaan pendapat adalah biasa hanya saja kalau memang aslinya berbeda, ya berbeda. Itu bukan salah satu problem. Terserah mereka katakan itu, aslinya salah.

Oke saya katakan kita memang punya perbedaan pandangan, tetapi itu bukan salah satu bentuk kita bermusuhan. Perbedaan itu sebenarnya biasa. Ketika kamu berbeda jalan bukan berarti tujuan kamu berbeda, seumpama kita akan menuju ke pusat kota Pandeglang. Ada berbagai opsi untuk mencapai ke sana.

Bisa lewat dari depan yaitu Kadupandak atau bahkan dari udara, atau dari dasar bumi itu sendiri. Apakah itu sudah disebut sebagai simbol dari kita bermusuhan? Yakin, enggak juga. Karena walau bagaimana, itu salah satu opsi.

Pilihan kamu sudah berbeda, ya berbeda, tapi tidak ada program lebihnya. Kita terlalu memperberat atau mempersulit, kita terlalu mudah menyimpulkan sesuatu yang berbeda adalah salah satu penyakit.

Perdebatan itu bisa mengeraskan hati, oke benar seperti itu, tetapi tidak mutlak. Sebab di detik tertentu kita diharuskan melakukan perdebatan. Intinya tahu aturan dan sikon-nya. 

Maksudnya adalah kalau kita memang hidup dengan pemahaman yang benar, melihat sesuatu pun ya tidak selalu negatif, itu bisa benar semua; karena urusan benar-salah, lagi-lagi ini urusan subjektif. Tidak setiap orang itu harus sama. Ini soal persfektif saja.

Apa yang ingin saya katakan dan saya harapkan adalah kita melihat itu, ya apa adanya saja. Berbeda ya berbeda, selama memperhatikan konteks. Jadinya, tahu atas dan apa tujuan dari perdebatan itu. 

Maka kalau disebut kita berbeda, itu tidak selalu bermasalah. Justeru dengan berbeda itu salah satu bentuk kita memang dinamis. Kita punya pandangan yang berbeda itu baik. Baik dalam hal apa dan gimana itu konteks harus diperhatikan.

Kembali saya katakan, kamu berbeda dengan saya tapi bukan musuh untuk diri saya; karena saya tidak mau menganggap kamu musuh. 

Perdebatan dengan dia, itu salah satu bentuk atau siklus kehidupan. Pada akhirnya itu bisa menjadi warna untuk kehidupan itu sendiri. Jangan mempersulit salah satu problem dalam kehidupan, titik.

Karena tanpa kita sadari, problem itu kadang diciptakan oleh kita sendiri karena kita tidak paham akan arti menyikapi Kehidupan. Atau itu sebuah keharusan agar kita bisa belajar dan memahami sesuatu. (***)

Posting Komentar

0 Komentar