Catatan Saya Ikut Seminar di AKMI STISIP Banten Raya


Acara dimulai sekitar pukul sembilan, seharusnya jam 8. "Ya, namanya Indonesia, pasti jam karet," seloroh panitia sambil lalu.

Mendengar itu saya hanya tersenyum. Mau gimana lagi, namanya budaya agak sulit dirubah. Butuh proses.

Acara itu dihadiri dari berbagai civitas mahasiswa STISIP Banten dan pelajar sekitar kampus. Saya catat ada dari Yayasan Al-Falah. Dari semua peserta yang ada, hanya saya yang bukan mahasiswa bukan pula pelajar. 

Terus apa dong?

Mungkin orang nyasar macam uka-uka itu. Haha. Sebagai pemanas acara, pembina AKMI yaitu Drs. Nazmudin menyampaikan bahwa faktor penghambat peradaban Islam itu ada beberapa faktor:

1). Terkungkung/terkontaminasi masalah furu

2). Tokoh agama viral yang tempramental

3). Tidak terbuka dengan dai baru

Sebagai pemandu acara Bang Nandi, yang tak lain aktivis HMI dan PII cukup komunikatif menyampaikan gojek dan pengantar acara. 

Narasumber Pertama Ibu Sofwatul Inayah

Cara pemaparan beliau renyah dan antusias. Mungkin karena punya pengalaman menjadi guru. Selain itu aktivitas di masyarakat juga ditopang oleh riwayat pendidikan di Daar el-Qalam Tangerang sehingga membentuk pribadinya yang tangkas, cekatan dan cukup kumunikatif.


Beliau menyampaikan pemuda adalah tulang punggung perjuangan. Dari pemuda Islam berkembang, maju serta melahirkan peradaban besar di masanya.

Ada Musaib bin Umair seorang diplomat rasulullah yang telah banyak meng-islamkan Madinah-Yastrib. Ada Usamah bin Zaid yang katanya seorang politikus berbakat, padahal setahu saya dari sejarah nabi beliau bukan politikus tapi panglima termuda yang dipercaya rasulullah. 

Ceritanya masyhur, nabi menyerahkan kepemimpinan panglima perang padanya di usia 21 tahun. Sedangkan prajurit dibelakangnya ada banyak sahabat senior semisal Umar bin khattaab, Abu Bakar dan lainnya.

Banyak dari sahabat ini merasa janggal dengan keputusan rasul tapi setelahnya mereka dibuat terpukau bahwasannya di balik usia muda itu Usamah memiliki strategi dan leadership yang bagus.

Wajar kemudian rasul menunjukkanya dan terbukti di bawah panjinya pasukan Islam menang. Semangat ini yang wajib anak muda pahami dan tiru. Tidak hanya tahu saja. 

Ibu Inayah juga menyampaikan kapan kolonial masuk ke Nusantara. Itu sekitar abad 15. Di abad pra-merdeka pula pemuda tidak kehilangan. Baik dari pihak muslim maupun muslimah.

Dari pihak muslimah misalnya, ada Raden Ageng Kartini. Nama yang sudah terkenal dengan adagium bukunya "setelah gelap terbitlah terang". Buku yang diambil dari catatannya atau suratnya itu menggemparkan nusantara di masanya.

Padahal waktu itu karena ada adat pingit yakni wanita tidak boleh keluar rumah layaknya lelaki. Kartini menyampaikan keresahan dan galaunya melalui tulisan berbahasa Belanda pada temannya sampai kemudian meninggal muda di rumahnya.

Yang cukup ganjil, entah ya ini saya baca di buku Api Sejarah, kenapa diajeng Kartini disebut aktivis dakwah? Atau suara muslimah? Apa karena tafsir yang dimintanya itu pada KH. Soleh Darat? Kalau menyebutnya sebagai pejuang nasionlis, ya oke. Karena gerakannya mengarah ke sana. Kalau islamis, ya gimana ya.

Kenapa tidak mengarah pada Hj. Rasuna Said seorang aktivis muslimah yang vokal, berani, dan busananya menunjukkan pada ketaatan murni. Rasuna tidak hanya bicara tapi bergerak di lapangan. Tak ayal sering kena teror dan penjara dari Belanda. 

Anehnya banyak yang belum tahu. Padahal pemerintah pun memberikan gelar pahlawan dan ada nama jalan menggunakan namanya. Yang pasti, keberpihakannya pada Islam jelas dan gamblang. Maksud saya, kenapa jarang dikutif oleh aktivis dakwah kampus?

Narasumber kedua Bang Iyos

Pemateri kedua ini masih muda, keren, dan pintar pastinya. Ia dosen di STISIP atau bahasa gaulnya tuan rumah di sana. Kelahiran 1991 yang beda dua tahun dari saya, 1993 itu tanggal lahirnya. Tapi saya kalah tampan darinya, cerdas, dan lainnnya pokoknya. Hahaha.

Pemaparannya hangat dan humoris, apa yang disampaikannya pun bagus. Meskipun ada beberapa typo di tulisan dan katanya, misalnya Zubair bin Awan. Seharusnya kan, Zubair bin Awwam. Ini kalau tidak salah, kalau masih salah ya monggo dikritik ya. Penulis terbuka untuk kritik.

Data dan sumber yang digunakan pun cukup lengkap. Meskipun konteks yang dipaparkan agak sedikit teoritis. Tetapi efek pemaparannya yang saya singgung di atas menutup semuanya. Saya salut dan terpujilah Allah karena di masa muda telah mencapai karir yang cemerlang.

Sesi Tanya Jawab

Nah, di sesi tanya jawab ini banyak pula yang ingin bertanya sehingga membuat Kang Nandi cukup kewalahan. Tetapi dibantu Ibu Inayah, ditentukan adu cepat siapa yang dipilih. Qodarullah, saya terpilih dari tiga penanya. Saya bertanya murni ingin bertanya bukan karena pengen bingkisan, gak tahu yang lain ya? Haha

Dari tiga penanya dua wanita dan mereka mahasiswa, sedangkan saya cowoknya. Bukan mahasiswa dan mengenalkan diri sebagai penulis blog. Begini bunyinya,

"Assalamulaikum warahmatullah," kata saya. "Izin bertanya. Nama saya Mahyudin dari penulis blog atau blogger." Sunyi tak ada yang nengok gitu, haha.

"Saya ingin bertanya dua pertanyaan, pertama kepada Ibu Inayah: Membicarakan peradaban Islam kenapa kita terkesan tidak akomodatif atau anti dengan peradaban luar. Padahal sejarah mencatat, justeru peradaban Islam lahir dari peradaban luar. Misalnya Filsafat Islam lahir dari upaya penerjemahan besar-besaran karya Yunani di masa kekhilafahan Abbasiyah. Mungkin ini efek kita banyak tidak percaya diri terhadap kebesaran kita dan kehilangan kebanggaan terhadap budaya Islam sendiri.

"Kepada kanda Iyos saya ingin bertanya, kenapa kita selalu merujuk kebangkitan nasional itu di tahun 1908 saja, padahal kalau kita kaji sejarah misalnya di buku Api Sejarah jelas dikatakan sebelum itu telah lahir Muhammadiyah dan Sarekat Dagang Islam di tahun 1994 atau 1995. Belum kita kutif sejarah pemberontakan 1888 dan pemberontakan Pangeran Diponegoro di tahun 1825." Begitu kata saya cukup menggebu, saya sendiri merasa aneh dan terkesan gimana gitu kata-kata itu.

Sebenarnya rencananya saya mau bertanya begini : Kenapa setiap membicarakan sejarah kita lupa atau bersikap subyktif. Artinya kita tidak sadar peradaban Islam berangkat dari peradaban luar. Misalnya fisafat berasal dari Yunani yang dimodifikasi oleh ilmuan bernuansa Islam. Tauhid ditekankan di sana. Sedangkan Yunani punya legenda dan nuansa yang jauh bagaimana bebasnya tentang ketuhanan.

Dari jawaban para pemateri saya cukup puas dan terkesima. Artinya sinkron dan arahnya selaras. Rasanya terlalu panjang kalau ditulis di sin ya. Kita cukupkan saja sampai di sini.

Catatan Saya Terkait Acara

Saya mencatat, panitia kurang aktif di awal acara. Saya justeru salut dan kasihan dengan pembina AKMI yang sibuk sendiri. Seolah dialah ketua pelaksananya. Sampai saya kena tanya pula, "dari mana kamu? Kampus mana?" Saya jawab dari luar, saya penulis blog.

Saya lihat ada panitia yang jengah juga dengan "kesibukan Pak Pembina" itu. Entah kenapa, melihat beliau saya ingat guru saya Pak Yatno. Entah di mana samanya, cuma agak mirip dengan gesture-nya. 


Di sinilah pentingnya manajemen tugas perlu dilakukan dan harus disiplin. Tak boleh molor. Acara tak hanya tugas berat ketua atau pembina, tetapi seluruh elemen pengurus harus tanggung jawab serta merasa memanggul beban.

Bagi saya, ini problem di mana-ma nuna. Tidak di AKMI, di beberapa tempat dan sektor lain pun sama. Ini PR kita bersama.

Penutup

Ada banyak ilmu dan pengalaman saya dapatkan di acara seminar tersebut. Tidak hanya teman tetapi juga spirit dan kepercayaan diri.

Jujur saya makin mantap dengan jalan yang saya pilih. Tak apa hari ini tulisan saya banyak yang belum gool di dua media online populer. Saya pun masih belum punya income dari hobi-hobi saya sehingga ujaran dan cemooh acapkali terdengar.

Ada yang bilang gini, ada saja bilang tidak penting tentang diri saya. Sudahlah, intinya saya tidak ingin kalah dan menyerah dari gelanggang kompetisi di alam dunia ini.

Saya ingin sukses, tidak hanya dunia juga akhirat. Demikianlah hal yang terus saya ikhtiar. Semoga Allah permudah cita saya dan kabulkan harap baik saya. Hasbunallah wani'mal wakil. Sukses dan semangat selalu bagi AKMI STISIP Banten Raya. Salam perjuangan! (***)


Pandeglang |  21 Juli 2022 

Mahyu An-Nafi

Posting Komentar

0 Komentar