Mengorek Cuitan Ferdinand, "Allah-mu Lemah" yang Kontroversi

Proses cepat apa yang menimpa Ferdinand atas cuitan twiter-nya patut menjadi perhatian kita. Sekalipun demokrasi membuka pintu kebebasan, tetapi kebebasan macam apa dan bagaimana. Ini yang patut jadi renungan.

Sebelumnya, Ferdinand melontarkan cuitan "Kasihan sekali Allah-mu ternyata lemah harus dibela. Kalau aku sih Allah-ku luar biasa, maha segalanya, Dialah pembelaku selalu dan Allah-ku tak perlu dibela,". Tak lama, cuitan kontroversial itu telah dihapus di sosial media Twitternya.

Atas pelaporan cuitan itu, ia beralibi tengah menderita penyakit. Kata-kata itu efek dari rasa nyeri yang dideritanya, begitu katanya saat memohon maaf.
 
Kalimat Sensiif di Cuitan Itu

Namun, ada yang kata kontroversi yang lepas kontrol dari Ferdinand, yaitu "kasihan sekali Allah-mu ternyata lemah perlu dibela."

Sekalipun benar kalimat itu dilontarkan kepada Habib Bahar, tetapi seharusnya paham bahwa "kata Allah" itu diyakini oleh agama Islam dan Kristen, dan itu tak hanya diyakini oleh Habib Bahar dan dirinya.


Pembelaan hamba kepada Allah tidak selalu bermakna Allah itu lemah, bisa jadi itu ciri iman atas manifestasinya juga menajaga kekudusan nama-Nya agar tidak jadi cemooh.

Kalau orangtua kita dihina saja marah, apa salah kalau Allah dihina kita marah? Kalau Presiden dihina saja pasti dijerat pasal berat, mana adil Allah yang tiap saat menjadi tempat sandaran "dibiarkan saja" tidak dihormati?

Kalimat Ferdinand Itu Hanya Membeo 

Sebenarnya, kalau kita buka pemikiran Gus Dur, apa yang dikatakan Ferdianand itu hanya pengulangan saja.

Gus Dur pun pernah melontarkan pernyatan demikian, kurang lebih kalimatnya "Allah itu tak perlu dibela".

Katanya pula, yang perlu dibela itu bukan Allah, tetapi hamba-Nya yang masih banyak yang miskin, belum tersentuh keadilan, dan belum menikmati kesejahteraan.

Mirip apa yang dikatakan Ferdinand Allah itu Maha Kuat dan Maha Segalanya. Dibela atau tidak, Dia akan tetap Ada dan tetap Digdaya. Maha Suci Allah dari sifat kekurangan.

Konteks kalimat Gus Dur itu kritik pada siapa yang "ngotot" membela Yang Maha Kuasa, tetapi banyak yang lalai akan kenyataan potret sosial.

Lalu, apa motif Ferdinand juga sama?

Kesimpulan

Atas peristiwa ini, perlu kiranya kita berhati-hati. Jarimu itu Harimaumu, begitu istilah yang ramai diplesetkan.

Kata-kata yang dilontarkan Ferdinand itu amat sensitif, kiranya bisa dipahami betapa efeknya amat keras terdengar. 

Belum yakin atau sudah siap dengan akibatnya, ya monggo.Sekarang bukan waktunya mencari alasan tetapi menyesali lantas mengambil hikmah.

Kalimat Gus Dur pun sama dulu sempat membuat geger, tapi ia tidak mundur dan menyesal karena berangkat dari niat juga tujuan baik yang menjadi prinsipnya, walau itu over, sih?!

Jangan menjadikan bahasa agama sebagai "bahan guyon" yang merusak nilai suci agama itu, karena kembali negara kita bukan Amerika. Indonesia ialah Indonesia yang kaya dengan ragam suku bangsa, agama, budayan dan ras.

Pahami kekayaan itu sebagai wujud syukur pada Allah Yang Maha Kuasa, Tuhan semesta Alam. Jangan hanya cari sensasi tanpa esensi. {}

Pandeglang | 23 Februari 2022  

Posting Komentar

0 Komentar