Minyak Harganya digoreng Sekaligus BBM Ikutan antri, ada apa?

kadang aneh dengan harga BBM itu ya, kalau minyak dunia naik pasti pemerintah harus juga menaikan harga BBM. Akan tetapi, kenapa pas harga minyak dunia turun, pemerintah pura-pura tidak tahu. Harga tetap saja begitu, alasannya untuk menjaga stabilisasi pendapataan negara. Begitu terus alibinya. Enek juga dengarnya.

Rakyat yang paling merasakan efek harga di pasaran hanya menjadi penonton. Seolah mereka sekelompok orang bisu dan dungu. Dibiarkan diam dan tak berdaya. Giliran krisis melanda, barulah rakyat dilibatkan. Entah pajak yang dinaikan, disuruh hemat, atau diikutsertakan demi tercapai target ekonomi.

Apa seterusnya akan tetap begitu. Menjadi siklus tontonan dunia kebijakan pemerintah kita, giliran rakyat ingin kritis lain lagi sikapnya. Dicap ini, dicap itu; stigma begini, stiigma begitu. Pada akhirnya proses bernegara kita hanya seremonial belaka.

Nilai kekeluargaan yang diwarisan leluhur kita hanya istilah yang ada di buku sejarah.Padahal seharusnya itu bisa direflesikan dalam aktivits sosial berbangsa kita. Bukan formalitas demi mengeruk suara menjelang pemilu lima tahunan.

Sampai di sini sepatutnya pemerintah peka, kalau kenaikan harga BBM akan brefek pada hajat hidup khalayak maka sepantasnya bisa hati-hati untuk menaikan-turunkan harga di pasaran.

Kalau turun, ya turunkan. Kalau naik ya silakan naikan. Kalau bisa sih, jangan dinaikan ya, kasihan yang punya pendapatan kecil harus bagi-bagi budget. Mana kecil harus dibagi juga, kan lelah hayati? Smoga petinggi negeri bisa memahami jrit warganya yang seriusan kecil.

Lucu tahu, apa-apa serba mahal. Serba langka pula. itu contohnya harga minyak goreng yang harganya makin gila. Disusul harga BBM ikutan antri pula. seperti yang kita tahu, kita bangsa yang punya SDA besar dunia, kok bisa ngeluh macam bangsa miskin melintir? Ironi sekaligus lucu. []

Posting Komentar

0 Komentar