Ketemu Teman MTS

Sepulang dari membeli kuota di Indiomaret aku ketemu teman lama. Teman sewaktu Tsanawiyah. Didin biasanya kami panggil dulu. Surprise juga, gak nyangka juga dia yang dulu macam itu kini tumbuh macam seniman jalanan dan tukang service  hape. Sesautu yang lumayan maju untukk lulusan seusia kami.

Sperti yang biasa ditebak, obrolan dengan teman berkisar tentang masa-masa yang dialaminya. Dari semasa lulus sekolah sampai sekarang, masa kerja juga keluarga.

Aku yang baru ketemu kaget juga dengan perjalanan hidupnya, bagaimana dia yang sempat kena kasus lantas di masukan ke kerangkeng, dikhianati isteri dan perjalanan panjang hiudpnya hingga sekarang mampu memandanag masa depan.

"Belum menikah?"

Begitu kata tercetus padaku. Aku jawab sejujurnya bagimana keadaanku dan kondisi sehingga belum di magligai itu. Kalau dulu sering tertekan dengan pertanyaaan itu. Seolah menohok gitu. Tapi skarang santai saja, toh mereka hanya tanya. Tak usah dimebeli oleh perasaan lebih. Apa salahnya nanya?

Hal ini yang sering mereka yang ''belum menikah'' rendah diri. Tidak siap berhadapan dengan mereka yang sudah berkeluarga. Inferior berlebih pada akhirna menyiksa diri sendiri. Padahal kalau kita biasa saja mreka juga biasa aja kok, gak maksa juga. Di sinilah letak orang merasa kalah sendiri.

Salut jua dengan sikapnya. Dulu terkenal barbar kini jauh lebih dewasa. Masa pahit yang dulu dihadapi berhasil disikapi positif. Ngobrl dengan orang blak-blakan itu gimana ya? suka bingung sendiri.

Kadang kurang nyaman dengan kosakata yang digunakan. Bagaimanma pun kultur di rumah itu terbiasa menggunakan bahasa halus. Pas ngomong di peegaulan kayak ada gap. Di sisi lain di balik nada ceplas-ceplos itu ada nada keterbukaan dan kejujuran. Tidak dibuat-buat. Lebih apa adanya.

Dari sini aku merasa arti sebuah pertemanan. Perlu teman-teman tahu, akku ini dari dulu termasuk orang punya keribadian inrovert. Lebih suka terdiam menyendiri dalam sunyi. Bukan tidak punya sahabat dan teman, namun lebih merasa nyaman diri. Entah kenapa dengan keramaian dibuat kirang sreg semacam ada energi hilang gitu.

Pertemuan dengan teman itu renungan juga suntikan tenaga. Ada masukkan, nasihat, dan dorongan agar jangan kalah dengan kenyataan. Sekeras appaun hidup wajib terus dijalani. Selemah apapun hidup tetap harus menyisakkan tenaga jiwa. Percaya pada takdir baik bagimana pun kondisimu hari ini. Akankah yang tercatat akan terealisai manis nantinya? Kita lihat bagaimana takdir mengantarannya. Wallahu'alam. []

Pandeglang | 16/5/22 

Posting Komentar

0 Komentar