SURAT TERBUKA FOR KAK FARIS

Dear Kak Faris Yang di-Smackdown Polisi
______________

Apa kabar kak? 

Gimana, sudah hilangkah rasa sakit akibat bantingan kemarin?

Sebelumnya, kenalin kak. Saya Mahyu. Orang Pandeglang. Masih satu provinsi lah kita.

Hmm, turut prihatin banget atas kejadian tak berprikemanusiaan kemarin. Saya sampe deg-degan dan tak enak rasa melihatnya. Apa-apaan, orang tanpa alat apapun dan berniat baik. Begitu sangar direspon. 

Kita anak bangsa loh, masih mahasiswa aktif lagi nih kakak. Hanya karena terusik dengan suara kritis generasi peduli lingkungan dan bangsa, coba "dibunuh" suaranya.

Okelah, kalau kakak bagian dari teroris, radikalis atau para koruptor kelas kakap yang telah merugikan kekayaan bangsa, kita pahami. Nah, ini... sipil, penyikapannya sudah macam pemberontak membawa popor senjata.

Tapi saya tahu, hal ini sudah kakak pikirkan masak-masak. Ada resiko akan sebuah tindakan. Diam tak akan merubah apa-apa. 

Kakak, mungkin ingat dengan nasib senior kakak yang ingin menghadirkan demokrasi sehat di bumi nusantara. Ada sebagian mereka yang hilang tanpa jejak, ada yang cacat, ada juga yang tidak takut terus mengobarkan perlawanan pada siapa yang membumikan KKN di republik tercinta.

Perlakuan ke kakak kemarin itu, seolah membuka luka lama yang belum sembuh. Merobek kembali percaya yang ada. De javu dengan kebebasan yang sudah tercatat indah di aturan berbangsa kita.

Kita hanya bisa bertanya: wajah kebebasan bersuara macam apa yang dituju?

Kak Faris yang berani,

Memang tidak mudah mengurai masalah berbangsa kita. Terlalu mencolok dan vulgar ditunjukkan elit bangsa. Di sis lain, sebagian kita pun banyak yang tak mau menerima resiko perjuangan. Mereka takut dengan tangan-tangan yang menggernyangi kebebasan berpendapat suara kritis.

Kak Faris dan teman di sana, 

Kebebasan kita telah diperkosa. Nasib rakyat jelata hanya jadi cerita janji lima tahunan. Jompang keadaan sosial buat kita jeri. Apa-apa dibalut dengan uang. Ada uang lancar tanpa uang semua ambyar!

Sungguh kak, kita takut dengan apa yang akan terjadi dengan nasib bangsa nantinya. Betapa sogok dan jiwa korup telah menyebar ke pelosok. Rakyat yang tak tahu apa-apa, dikuras madunya demi nafsu belaka.

Kata teman Kak Faris, demo kemarin tepat di hari jadi Kota Tangerang ke-389 sedianya untuk menagih janji para pemegang amanah, lah kenapa ada insiden smackdown?

Saya yakin kak, siapa yang punya nurani dan paham arti perjuangan akan marah sekaligus nyeri menyaksikan sikap brutal pihak berwajib untuk membubarkan para pendemo.

Semoga kakak tidak takut dan berhenti memperjuangkan nilai merdeka pasca kejadian ini. Karena kita gak mau, ada lagi Faris lain yang jadi korban kekejaman pada suara kritis masyarakat.

Harapnya kasus ini bisa jadi cambukan penegak hukum dan para pemegang amanah bagaimana kesejahteraan belum terasa seutuhnya. Memantik juga para aktivis untuk terus mengontrol kebijakan yang belum tepat sasaran.

Betapa pandemik mencekik, utang negara makin meroket, dan koruptor silih berganti bertambah. Elit bagi kursi, penjilat rebutan identitas diri, dan orang biasa jadi bahan injakan kaki.

Kak Faris, moga cepat sembuh. Salam juang dari kami warga Pandeglang. Semoga kami juga mampu bersuara atas keadaan Pandeglang yang belum mapan. Semangat kak! (*)

Pandeglang  |  15 Oktober 2021

Mahyu an-Nafi

Posting Komentar

0 Komentar