Bisa Segalau Ini

sumber gambar pixabay.com

Saya galau. 

Pertama, kenapa ada benci yang saya pelihara. Bukannya benci cara setan untuk menurunkan iman dan keyakinan saya. Itu cara setan merusak kebersihan hati saya.

Saya merenungkan, kenapa saya bisa sebenci itu pada orang. Saya bisa berkamuflase dengan berkata, saya membenci sikapnya bukan orangnya. Aslinya di dasar hati. Bagaimana hanya di sikappnya kalau kebetulan bertatap muka asem sekali muka yang saya tunjukkan. Aneh dong, ini.

Kalau benar saya hanya benci sikapnya, maka seharusnya akhlak baik saya tunjukkan. Untup ditunjukkan pada dia, ini loh yang baik dan ini loh yang pantas. Bukan sebaliknya, ingin memberi contoh tapi gagal memberi edukasi.

Kedua, Amal apa yang saya banggakan untuk di alam abadi. Jujur saja, saya galau dengan kualitas ibadah saya. Tahajud kerepotan, subuh kedodoran, duha benturan dan salat jamaag sibuk dengan sifat keduniawian.

Orang mungkin bisa menyangkal, sampeyan kan rajin salat dan bla-bla. Sedikit membuat jiwa agak plong. Iya juga sih, kan selama ini saya mau taat dan berusaha menjauhi amalan jelek. Lama-lama bukan syukur yang ada takabur. Astagfirullah!

Padahal tak ada jaminan seseorang rajin salat, puasa dan sejenisnya itu makbul di hadapan Allah. Semua belum teruji sampai di mana kita berada di alam kubur. Kita hanya ikhtiar-- melakukan apa yang kita mampu untuk taat. Soal diterima atau tidaknya, itu gimana Allah bukan kita. Singkatnya, orang sering ibadah saja belum tentu selamat, apalagi orang yang tidak mau ibadah.

Ketiga, rajin mengoreksi orang lain tapi kenapa luput dengan aib sendiiri. Terdengar ironi memang, rajin mengoreksi tapi tak mau mengoreksi diri. Rajin meluruskan tapi tak mau diluruskan orang lain.

Tak ubahnya mencuci pakai orang lain dan merawat rumah orang, tapi rumah dan diri sendiri tak terawat, sungguh konyol. Kenapa harus fokus ke luar kalau jiwa tak bisa terawat. Untung orang masih percaya, entah nanti saat bau bangkai menyeruak di jiwanya, apa masih percaya diri?

Demikianlah saya. Galau untuk soal sederhana. Sederhana untuk kita tapi berarti untuk kualitas iman saya. Wallahu'alam. (***)

Pandeglang, 28 september 2024   23.14

Posting Komentar

0 Komentar